“ mbak, kata buku parenting yang pernah aku baca, dibilang di situ katanya kalau ngomong sama anak kecil sebaiknya hindari kata jangan katanya bisa menghambat kreatifitasnya “
Hummm..saya yang kala itu sedang mengawasi Emil bermain di halaman sejenak menoleh ke arah adik saya ini.
Bagi saya sendiri, tidak menggunakan kata jangan itu sangat sulit karena sudah terprogram sedemikian baiknya di dalam otak, apalagi untuk hal hal yang urgent, kata jangan itu di pikiran saya seperti alarm yang siap berdering kapan saja ketika sesuatu hal bisa membahayakan.
Menurut ilmu-ilmu parenting masa kini yang pernah saya baca, khususnya tentang perkataan jangan pada anak, kata jangan, mengakibatkan anak menjadi minder, penuh dengan keraguan, membuat anak tidak kreatif dan gak berani menghadapi tantangan.
Tentang hal tersebut, saya kembali lagi bercermin kepada diri saya.
Saya tumbuh di lingkungan dimana ilmu parenting tidak sepesat dan semudah didapatkan seperti sekarang. Saya tumbuh dan lebih banyak berinteraksi dengan ibu saya di rumah, karena bapak saya lebih banyak waktunya bekerja di luar.
Ibu saya menerapkan parenting di rumah berdasarkan insting atau naluri terbaik seorang ibu, khusus dalam penggunaan kata jangan, ibu saya termasuk yang sering menggunakan kata jangan dan turunan katanya, seperti kata “gak usah” atau ” gak boleh”
Sayangnya, kata larangan seperti ini hampir selalu tidak disertai dengan alasan yang jelas dan dialog yang lugas, sehingga saya merasa tumbuh sebagai anak yang penuh dengan keraguan raguan dan takut salah, semua serba membingungkan, saya tidak berani mempertanyakan, semua saya telan mentah mentah, mengakibatkan otak saya berhenti untuk berpikir, lebih baik diam dari pada kena marah atau dianggap anak yang suka membantah.
Bagi saya yang ketika itu masih dalam tahap bertumbuh, kata Jangan adalah sesuatu hal tanpa alasan, jangan dipertanyakan, lebih baik diam dan berada dalam zona nyaman.
Jadi memang ada benarnya, ketika para ahli parenting menganjurkan agar tidak menggunakan kata negatif seperti kata jangan, karena akan membuat anak minder dan penuh keragu raguan.
Memang sangat susah mengganti alternatif kata ‘ jangan ‘ kepada anak.
Seperti contoh, anak tiba-tiba lari di trotoar padahal saat itu kendaraan sedang ramai, jujur kalau kondisi demikian saya gak bisa mikir alternatif kata pengganti, spontan saja saya bilang “ jangan lari lari, nanti jatuh “ gak bisa mikir alternatif seperti “ kamu mau lari lari ya, nanti deh ibu bawa kamu ke lapangan bola “
Anak tiba tiba pengen jilat pasir, otomatis saya yang melihat ini keluar kalimat sakti “ jangan makan pasir nak, itu kotor “karena anak saya suka ngoceh dan bertanya ya saya jelaskan sesuai pemahaman dia. “ gak apa apa main pasir, tapi jangan masuk kedalam mulut nanti bisa sakit perut”.
Setelah diberikan penjelasan tersebut ternyata Emil bisa dan mau mengerti, kalimat saya selalu di ulang dalam setiap ocehannya “ hmmm..dak boleh macuk mulut yah, nanti sakit peyut yah, mainnya gini aja yah “
Apakah menghambat kreativitas? saya rasa tidak, anak saya malah mengambil pot bekas dan memasukan pasir yang dia pegang kedalam pot tersebut, malah membuat anak berpikir krestif untuk mencari alternatif lain yang lebih baik.
Jadi saya rasa kalimat atau kata “jangan” itu tidak masalah, tentunya dengan disertai alasan yang membuat anak mengerti dengan di tempatkan sesuai porsinya dan tidak berlebihan.
Karena menurut saya, anak perlu mengetahui dan belajar ini baik dan itu salah, ini hitam itu putih, bukan sesuatu hal yang abu abu dan berjalan di tengah tengah, anak juga perlu bisa memilih mana yang baik dan tidak dengan cara berpikirnya sendiri.
Yaaah memang semua kembali lagi ke kita, setiap orang tua punya gaya dan cara mendidik yang berbeda beda dengan tipe anak yang berbeda juga, semua gak bisa disamakan dan harus saklek dengan ilmu dan teori parenting yang ada.
Bagaimana menurut kalian? dan terimakasih sudah membaca ya.
Aih, pinternya Emil😊
Kalau aku pribadi sih menangkapnya, menghindari kata jangan/tidak itu utk mempermudah komunikasi dg anak.
Karena konon utk anak di bwh usia 7th, mereka cara berpikirnya masih visual. Jadi misal dibilang jangan lari, mereka paham lari itu apa krn bisa membayangkan. Tapi gambarnya jangan itu bgmn, mereka ga paham. Makanya cenderung anak umur segitu kalau dibilang jangan lari malah lari. Karena yg dia pahami cuma kata lari.
Mestinya diganti kalimat positif misalnya, jalan saja ya.. Nah, mereka akan lbh mudah mengikuti krn paham jalan itu apa.
Tapi kalau diartikan anak2 tidak boleh dilarang, ya enggaklah. Mereka tetap butuh batasan terutama utk hal2 yg membahayakan. Cuma cara berkomunikasinya itu yg perlu dipikirkan
haaaa..iya mba sepakat! hehe 🙂
wah bunda jaman now udah pada paham ya.. ilmu parenting skrg bs lewatt media juga 😊
setuju. kalo aku bilang jangan ke akhdan (5)aku biasanya kasih alasan jd dia paham misalnya jangan jajan sembarangan, ga baik buat badan. dilihat dulu bersih apa enggak maknannya. alhamdulilah akhdan mengerti tanpa harus kita perketat untuk tidak jajan.
hahaha namanya juga jaman now mba :), iya mba sama, emil juga mulai ngerti dan nurut kalau dibilangin ‘jangan’ dia lgsung tahu alasannya, alhamdulilah
kalau aku sih suak bilang dg kata jangan tp diberi lasan, dan kalau ada yang bahaya , pasti bilang jangan krn untuk memberi alasan gak ada waktu lagi daripada anak kena bahaya
iya mba lebih baiknya begitu, disertai dengan alasan yang logis..:)
Selama bisa menggunakan kata-kata lain sebaiknya memang tidak usah sering memakai kata jangan. Biasanya Saya lebih sering ke tindakan langsung kalo uda nyerempet ke bahaya. Atau beri pengertian sebab-akibatnya, jika pakai kata jangan.
oh iyaa baik mba, terimakasih tambahannya..:)
Sampai sekarang itu bilang kata jangan menjadi tidak aku masih agak sulit nih mbak. Cuma suami selalu ngingetin. Dan berusaha sabar dan nyingkirin emosi. Ada waktu dimana kata jangan memang harus dipakai, berarti memang harus melihat sikon juga ya mbak
aku juga begitu kok mba, lagi berusaha tidak selalu sering menggunakan kata jangan buat anakku, mengurangi lah. dan selalu berusaha memberikan alasan yg jelas.
sepakat mba, emang perlu puter otak mencari kalimat alternatif. tapi bagaimanapun, kata jangan tetap perlu digunakan.
yes bund..:) Alhamdulilah sudah bisa mengurangi
Hahaha, di jalan rumah kami ini gak mulus-mulus amat mbak. Jadi ingat, tetangga disini pasti ngelarang anaknya yang lari-lari. Rata-rata bakalan teriak “jangan lari-lari, nanti jatuh!”
Saya mah malah senang liat si kecil bisa lari.
Saya setuju dengan penggantian kata jangan, tapi saya nggak semuanya. Ada beberapa ‘jangan’ yang saya pakai, misalnya jangan mengambil barang milik teman.
iya mba saya juga begitu , untuk hal hal tertentu, sekarang kata “jangan” saya ganti “hati -hati ya ” 🙂