Hari minggu kemarin kami ke Dokter Spesialis Anak , karena Emil anak saya yang berusia 2,5 tahun demam dan fesesnya tidak bagus. Cerita lengkapnya disini.
Setelah sempat semalam mulai sedikit panas lagi, mungkin karena efek tingkahnya yang terlalu aktif, sedikit merasa baikan langsung saja pencilakan gak karu karuan, dibilangin jangan lompat-lompat dan jungkir balik tetep aja dilakoni.
Untungnya, senin pagi, kondisi suhu badannya mulai normal kembali, walaupun sudah normal saya masih belum mengijinkan makanan renyah dan es untuk dia makan.
Sehingga sisa jatah Es krim yang tersisa di kulkas saya makan sembunyi sembunyi..haha
Sambil bersandar di bantal boneka, Emil mulai ngoceh dan memainkan mainan balok kayunya.
Menurut dokter anak, penyebab radang yang Emil derita ini adalah dari bakteri, makanan yang renyah, mengandung minyak dan es akan membuat semakin memperburuk radang. Tapi untung nya tidak sampai menyebabkan kesulitan menelan, karena sejauh ini Emil masih mampu menelan makanannya dengan baik.
“ ini kena radang, penyebabnya karena bakteri, nanti saya kasih antibiotik dan sementara hentikan dulu pemberian makanan yang renyah, berminyak dan es, ga ada kesulitan makan kan anaknya?”
“ sejauh ini Emil masih enak aja dok makannya, gak kesulitan “
“ ya, Alhamdulilah, nanti kalo sudah benar-benar sembuh makanan apa saja boleh dihajar, untuk pencernaanya saya kasih probiotik ya, nanti kalau sampai panas belum turun sampai 3 hari dan feses masih gak bagus, bawa kembali ke sini ya pak untuk di lab “
Dan sekarang, beberapa obat dari dokter masih tersisa, hanya obat penurun panas saja yang sudah saya hentikan pemakaiannya sejak semalam.
Tersisa obat radang, antibiotik dan probiotik yang belum diminum.
Dalam hal pemberian obat, pak suami yang menjadwal dan meminumkan obat sedangkan saya kebagian membujuk dan mengalihkan perhatian.
Saya akui memang memberikan obat ke anak itu sangat susah sekali dan dilema, apalagi buat Emil yang memang termasuk jarang minum obat dan tidak pernah minum vitamin, kalau dipaksa dia akan trauma, kalau dituruti keinginanya untuk tidak minum obat, lalu kapan sembuh penyakitnya dan kalau dibujuk itu sangat butuh waktu lama.
Ah syudah lahh.
Banyak alasan kenapa anak susah minum obat, kita saja yang dewasa kadang kala juga ogah ogahan minum obat. Penyebabnya adalah rasa dan aroma obat cenderung tidak enak atau pahit ditambah lagi mood yang tidak bagus.
Males ih minum obat.
Jujur saja, saya juga melakukan cara paksa meminumkan obat ke anak, seperti memegangin badan anak agar tidak berontak dan menutup hidung agar anak mau membuka mulutnya.
Berhasil ? berhasil dan untung nya si kecil tidak memuntahkannya, tapi semakin kesini saya berpikir, bagaimana cara meminumkan obat ke anak dengan tanpa paksaan, apakah bisa?
Mulailah saya mencari cara yang belum pernah saya lakukan sebelumnya,
Trik Meminumkan Obat Ke Balita Tanpa Paksaan.
Emil kalau mendengar saya mengucapkan obat, ekspresinya langsung menyatakan penolakan dan berusaha melarikan diri.
“ndak mau..ndaak mau “ sambil merengek
Oleh karena itu saya dan pak suami punya kode atau kalimat tersendiri jika sudah tiba waktunya pemberian obat.
“ ini waktunya Emil minum ya “
Minum = obat
Pak suami pun mengeluarkan kantung obat dan meraciknya, namun ternyata cara tersebut dilihat Emil, matanya sesekali melirik kegiatan bapaknya di dapur, meracik obat.
Dan benar saja Emil kembali merengek.
“ndak mau..ndaaaaak mau owbat “
Akhirnya cara saya ganti, kalau Emil sudah waktunya minum obat saya ajak kekamar atau mainan agar dia tidak melihat proses bapaknya meracik obat.
Berhasil, tapi Emil kembali melakukan penolakan ketika melihat bapaknya datang dan membawa sendok berisi obat.
Lalu saya pun mencoba beberapa cara yang saya temukan di beberapa artikel kesehatan.
Beri pengertian
Ini sempat saya cobakan ke Emil saya beritahu kalau Emil lagi sakit dan harus minum obat.
“ Emil minum obat ya, biar sembuh Emil kan lagi sakit yaaa, mau yaa?”
“ ndaaak mau owbat “
“ kalau sakit nanti ke dokter lagi, gak mau kan ?”
“ aaaaaa..ndaaak mau “ menggerak gerak kan kepala dan tangannya.
“ mau minum obat ya, manis kok rasanya?” tawar saya lagi
“ ndaaaaaak mauuuu “ suara penolakan semakin keras
Karena terlalu lama bernegosiasi dan obat harus segera mungkin diminum, cara ini pun gagal dan berakhir dengan paksaan.
Jangan bayangkan paksaan yang dilakukan sangat kasar dengan nada tinggi, marah dan wajah jutek, tidak begitu, kami melakukannya dengan menahan tawa ketika memberikan obat, ditambah lagi melihat pak suami berjoget joget sambil membawa sendok obat, membuat wajah Emil nyengir tapi setengah tertawa karena berusaha mengatupkan bibirnya, namun ketika mulut sedikit terbuka tiba tiba sendok digigitnya.
Cara memberi pengertian, gagal.
Cara sedikit paksaan, berhasil.
Main Dokter Dokteran.
Sangat jelas saya tidak melakukan ini, Emil tidak pernah main dokter dokteran, dengar kata dokter dan obat saja sudah hebohnya luar biasa.
“ ndaaak mauuu dokter, main tubuss aja “, main tubus = mainan bentuk bentuk balok kayu.
Sisipkan Ketika Makan
“ Emil maem ya, pake sop sama nugget “
“ he eeeh “ sambil asik mainan balok kubusnya.
“ nanti ibu buatin teh hangat, mau?”
“ minun patek teh aja, patek uget aiam jujak “ artinya = minum pakek teh aja, pakek lauk nugget ayam juga.
Jadi ketika Emil mulai membuka mulut untuk makan. Saya masukan suapan obat, setelah suapan nasi/bubur 2 atau 3 sendok.
Cara ini berhasil, namun hanya sekali setelah itu Emil mengunci mulutnya rapat rapat sambil meringis serta memalingkan muka, karena mungkin sudah tercium aroma obat.
Dan obat kedua yang harus diminum di waktu yang sama, berakhir dengan cara paksaan lagi, kembali pak suami berjoget joget dan memainkan mimik wajah lucu, untuk memasukan obat ke mulut Emil sedangkan saya memegang badan Emil.
Mengiming Imingi Hadiah
“ Eh minum obat yok, nanti ibuk kasih roti isi coklat “
“ owteee”
“ Yesss!!” obat dituang, tapi Emil pun kembali melakukan penolakan.
“ lho kalau mau roti, minum obat dulu nanti dikasih rotinya “ saya sambil mengibas ngibaskan selembar roti isi di hadapan Emil
“ maww oti aja, maw oti cucaaat ajaaaaaaaaa “
“ ini lho lihat kayak susu kan, manis kok “ sambil melihatkan cairan di sendok obat yang bewarna putih susu, akan tetapi mungkin karena aromanya yang menyengat Emil kembali menutup rapat mulutnya dan berakhir paksaan lagi.
Alihkan perhatian dengan tontonan tv
Karena saya tidak punya TV maka pengalihan saya lakukan dengan tayangan You tube, saya ajak menonton tayangan kesukaannya, saya ajak ngobrol dan sibukkan Emil menjawab semua pertanyaan sepele dari saya.
“ ooh.. terus terus ini bisnya warna apa? Emil punya juga ya? warna nya apa? rodanya ada berapa? “
Emil pun ngoceh melulu, ketika waktunya tepat “ Bissmilah.. “ langsung hap, obat pun masuk mulut.
“ yeay sudah , manis kan? “ kata saya
” eehh..ehhh..ehhh” Emil melap mulutnya dengan punggung tangannya, sambil tetap meringis lalu menjulurkan lidahnya.
Segera saya minumkan air putih untuk menetralkan rasa.
Sejauh ini cara mengalihkan perhatian dengan tontonan dan mengajaknya berbicara terus sehingga membuat dia riang, berhasil, walau memang tidak selalu begitu, karena terkadang Emil tidak mau dibujuk dengan menonton Youtube dan asik bermain dengan balok-balok kayunya, ketika dia sadar bahwa akan diberi obat maka ia kembali akan mengunci mulutnya, terkadang sendok obat ditampiknya hingga tumpah, maka lagi lagi kami memakai cara paksa, memegang tangan dan badannya.
Maafkan kami nak, memberi obat secara paksa, tapi kan lucu liat wajah bapak yang sambil joget joget kalau ngasih obat..haha
Dari kesemua cara yang saya lakukan hanya satu obat saja yang tidak pakai drama berlebihan, Probiotik. Probiotik ini adalah suplemen makanan bentuknya serbuk halus, tidak berbau menyengat dan terasa manis.
Setiap akan memberikan serbuk probiotik ini saya tempatkan di wadah tersendiri agar tidak terlihat bungkusnya, bisa bisa nanti dikira obat sama Emil, sebetulnya sih serbuk putih ini bisa dicampurkan di makanan dan minumannya, tapi ternyata Emil menolak jika dicampurkan , mungkin rasanya berbeda ya, dan setiap kali saya berikan di wadah terpisah selalu saya sebut ini adalah gula rasanya manis, Emil pun dengan senang memakannya.
Bagi saya memberikan obat tanpa paksaan itu terkadang sulit dilakukan, banyak teori serta tips yang berseliweran, tidak semudah pelaksanaan, kecuali memang si anak sudah terbiasa minum obat / vitamin.
Jadi sejauh ini saya tidak bisa menghindari memberikan obat secara paksa, namun untuk saat ini yang mampu saya lakukan adalah bagaimana cara memberikan obat, walaupun itu secara paksa namun tetap riang dan menyenangkan,bukan secara mengerikan.
Terkadang saya juga pakai kalimat ampuh, yaitu pura pura memanggil dokter, memang ini jarang saya lakukan karena saya takut nantinya anak akan trauma sama dokter, ampun deh.
“ Om dokter, Emil gak mau minum obat nih “ kalau sudah begitu dengan setengah hati, Emil membuka mulutnya sambil meringis. Tentunya sambil masih saya pegangin tangannya..hehehe.
Dari kesemua percobaan yang saya lakukan, saya selalu berusahan komunikasikan kegunaan obat secara jujur dan di akhir pemberian obat , saya selalu berikan pujian.
Memang tidak mudah mengkomunikasikan obat ke anak terutama usia balita, tapi perlu. Mudahan mudahan sesuai bertambah umurnya, anak akan semakin mengerti dan memahami.
Jadi adakah ibu ibu yang punya pengalaman yang sama atau punya cara tersendiri dalam melakukan pemberian obat kepada anaknya?, bisa share di sini ya dan terimakasih sudah membaca 🙂