“ Jadi pulang kapan ? ”
Saya masih ingat, pertanyaan ini selalu muncul di bulan penghujung puasa tahun 2016 lalu. Terutama Bapak dan Ibu saya, selalu saja menanyakan hal yang sama, baik lewat pesan singkat maupun jaringan telepon.
“ masih belum tau pak.”
“ ya..sudah yang penting kasih kabar ya kalau pulang, Emil sehat? “
“Iya pak, Alhamdullilah sehat”
Saya lahir, bersekolah dan kerja di Balikpapan, selepas menikah saya pun ikut suami merantau ke Pulau Jawa, tepatnya di Sidoarjo, sebuah daerah kabupaten di provinsi Jawa Timur dan berbatasan dengan Kota Surabaya.
Kami memang berasal dari daerah yang berbeda, saya dari Balikpapan dan suami dari Bali, oleh karenanya, berkunjung ke rumah orang tua bukan suatu hal yang sering kami lakukan, sehingga kami harus mampu membagi jadwal dan menyisihkan sebagian tabungan, bukan untuk ongkos liburan tapi untuk ongkos pulang.
Jika tahun lalu berlebaran di Bali, maka tahun ini waktunya berlebaran di rumah saya, Balikpapan.
Namun pernah satu waktu kami tidak berlebaran bersama keluarga besar, ketika itu saya baru saja melahirkan, si bayi baru ber usia beberapa hari dan kondisi saya belum pulih dari operasi.
“ Bapak sama ibu sudah nanya, kita pulang kapan , apalagi lebaran makin dekat, harga tiket takutnya tambah mahal”
“ iya, tapi masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum pulang ke Balikpapan, apalagi disana jaringan listrik dan internet gak selancar disini”
Saya ibu rumah tangga dan pak suami seorang freelancer, namun tetap saja kami masih belum menentukan kapan kami akan pulang, karena kebetulan saat itu pekerjaan pak suami sedang banyak dan menuntut segera diselesaikan, belum lagi refisi dari klien.
Selama hampir 3 tahun menikah, dan kalaupun nanti kami jadi pulang sebelum lebaran tiba, maka ini merupakan lebaran pertama kami bersama keluarga besar dan lebaran pertama bagi kedua orang tua saya. bersama anak,cucu serta menantu.
“ kalau pun tidak memungkinkan pulang sebelum lebaran, ya kita pulang setelah lebaran”
Saya yang mendengar hal itu langsung terdiam, memperhatikan Emil anak kami yang berusia belum genap 1 tahun sedang memainkan ujung selimutnya.
Yah terserah saja.
Setelah itu saya tidak pernah menanyakan kapan akan pulang.
—
Lepas Isya, Emil yang sudah tertidur di kamar, tiba-tiba menangis, saya yang masih menonton televisi langsung saja menuju kamar, karena Emil masih membutuhkan ASI segera saja saya dekatkan ke dada.
Sebentar saja, ia pun tertidur kembali
Namun saya masih belum beranjak, tangan saya masih memeluk tubuh kecil yang meringkuk di hadapan saya dengan dengkuran halusnya yang terasa lembut di telinga.
Tanggal keberangkatan kami ke Balikpapan masih belum dipastikan, namun pikiran saya sudah merancang apa saja yang harus dibawa, jangan sampai ada yang terlupa.
Apalagi ini merupakan kali pertama Emil menggunakan tranportasi udara, membuat saya sedikit cemas.
Berkemas secara ringkas
Dulu sebelum menikah, setiap bepergian saya selalu menggunakan ransel, namun sejak mempunyai anak, saya lebih memilih kopor besar agar muat seluruh baju keluarga.
Sempat bingung, apa saja yang harus dibawa, apalagi bepergian bersama bayi, rasanya seluruh isi rumah itu penting, tapi masa iya,seisi rumah harus dipacking.
Bawalah barang yang benar – benar penting
Jadi ini yang saya lakukan :
- Membuat daftar barang yang akan dibawa.
- Membagi barang, antara yang masuk kedalam kopor (masuk bagasi) dan yang akan dibawa dengan tangan atau punggung (naik kabin). Begitu juga tas khusus perlengkapan bayi saya sediakan terpisah dari tas lainnya, ini juga penting, agar kebutuhan si kecil terpenuhi sewaktu waktu diperlukan dengan cepat, seperti diapers, hand sanitizer, air minum, obat obatan, cemilan dan baju ganti.
- Segala alat elektronik seperti charger, usb dan tab kami tempatkan bersama di dalam tas khusus laptop, terpisah dari kopor.
- Agar seluruh barang muat di Kopor,biasanya saya lakukan perhitungan kebutuhan baju, Jika seminggu menginap, maka baju harian yang kami bawa sebanyak jumlah hari dilebihkan 1 hari dan usahakan selalu untuk mencuci pakaian, untuk saya pribadi, saya hanya perlu membawa pakaian yang penting saja, pakaian untuk acara silahturahmi misalnya, sedangkan untuk pakaian harian saya cukup pinjam adik atau memakai sebagian baju yang masih saya tinggal di sana, untuk si kecil saya bawakan baju harian yang lebih banyak dari baju kami.
- Handuk saya cukup membawa 1 ukuran besar untuk kami dan 1 ukuran sedang untuk si bayi
- Perlengkapan mandi, saya hanya membawa pembersih wajah, sikat gigi dan sabun untuk bayi, selebihnya kami beli saja di sana.
- Packing dengan cara digulung, agar menghemat ruang dalam kopor, oh iya melipat baju dengan cara di gulung dan dibentangkan dalam kopor / tas juga mempengaruhi berat kopor.
- Untuk sepatu kami hanya bawa yang kami pakai saja, untuk sandal bisa pinjam di rumah.
- vitamin dan Obat obatan secukupnya
Pesan Tiket Pesawat di Traveloka
Pagi hari, saat mata belum sempurna terbuka, pak suami memberi kabar bahwa ia sudah menentukan tanggal dan memesan tiket.
“aku sudah cari info tiket sana sini, dan memang harga terbaik hanya di traveloka “
Karena penasaran, saya pun bangun dan menatap layar laptop pak suami yang sudah sejak malam belum dimatikan, lembur mengerjakan beberapa revisian.
Memang harga yang disajikan Traveloka sangat lengkap, sehingga kita dapat melihat harga mulai dari harga terendah sampai tertinggi dari berbagai maskapai penerbangan sesuai dengan pilihan rute, baik domestik maupun internasional, harga yang tertera juga sudah merupakan harga yang harus kita bayar dengan sistem pembayaran yang beragam dan aman.
Tidak hanya melayani pemesanan tiket pesawat saja, Traveloka juga melayani pemesanan hotel, tiket kereta api, paket pesawat + hotel, aktivitas & rekreasi serta pembelian pulsa dan paket internet.
Selain melalui web, mencari harga tiket di Traveloka dapat juga dilakukan melalui smartphone, unduh saja aplikasinya secara gratis di Appstore atau Playstore
Selain lebih praktis, menggunakan aplikasi ini juga banyak kelebihannya dibandingkan melalui desktop atau komputer
#jadibisa semua dilakukan dengan mudah melalui Traveloka.
Best Price Finder
Bagi member Traveloka yang suka bepergian hemat, bisa memanfaatkan fitur Bepergian Hemat di Traveloka, fitur ini memungkinkan kita menerima pemberitahuan ketika harga tiket turun atau sesuai budget yang kita inginkan, selanjutnya kita akan menerima pemberitahuan melalui email atau notifikasi push setiap ada harga terbaik di tanggal yang sudah kita tentukan.Atau, bisa juga melalui ini
#Jadibisa dapat tiket sesuai harga yang kita mau
Oh iya sekedar informasi, karena kami membawa bayi berusia kurang dari 2 tahun, maka tiket khusus untuk Emil dikenakan 20% dari harga tiket dewasa.
—
Tas dan kopor sudah tersimpan dengan baik, sebagian masuk bagasi dan sebagian lagi di atas kabin.
Emil sibuk menarik narik buku panduan keselamatan penerbangan, yang terselip di belakang kursi penumpang.
Sedangkan saya menyiapkan air susu dan biskuit, agar Emil lebih sering menelan, hal ini berguna untuk menyeimbangkan tekanan dalam telinga dan terhindar dari nyeri akibat tekanan udara dalam pesawat.
Topi dan jaketnya juga saya rapatkan agar semburan hawa dingin AC tidak mengenai langsung di badan.
Seorang awak kabin menghampiri kami, memberi arahan singkat tentang keselamatan dan memberikan sabuk tambahan dan jaket keselamatan khusus untuk balita.
Pandangan saya alihkan keluar jendela, cuaca terlihat cerah hari itu, semoga penerbangan ini berjalan dengan mulus.
Seketika ingatan terbawa ke masa lalu.
Sekitar tahun 90-an, ketika saya masih bersekolah di sekolah dasar, itu adalah pertama kalinya saya naik pesawat, berdua saja bersama bapak. Dari ruang tunggu bandara saya sudah sangat penasaran, bagaimana rasanya terbang menyentuh awan.
Saya masih ingat, bapak selalu saya cecar pertanyaan bagaimana rasanya terbang, apakah awan bisa disentuh, apakah naik pesawat sama rasanya naik mobil dengan kaca jendela bisa dibuka selebar lebarnya?
Saya ingin menyentuh awan dan membawanya pulang kerumah.
Nyatanya, kaca pesawat tidak sama dengan kaca mobil dan kantung plastik untuk mengambil gumpalan awan yang saya genggam sejak dari bandara, pelan pelan saya masukan kembali ke saku baju, kosong melompong
Dan saya,harus cukup puas dengan menempelkan wajah saya lekat di permukaan jendela pesawat yang tertutup rapat
—
Sayap pesawat terlihat bergerak perlahan menembus kumpulan awan, garis pantai samar mulai terlihat disusul hamparan luas tanah hijau kecoklatan, liuk sungai beserta perbukitan, gedung gedung beserta rumah penduduk mulai terlihat dan tampak semakin padat.
Rupanya Balikpapan sudah semakin berkembang dan pesat.
Kurang lebih 2 jam sudah Emil tertidur di pangkuan semenjak pesawat lepas landas dari Juanda, syukur selama penerbangan ia tidak rewel seperti yang saya cemaskan.
Meja kami tutup dan sabuk pengaman kami kaitkan kembali, pesawat yang kami tumpangi akan segera mendarat di salah satu bandara berperingkat terbaik di dunia.
Terdengar instruksi pilot dari ruang kendali, tak butuh waktu lama, ban roda pesawat akhirnya menyentuh aspal landasan pacu bandara, bersamaan dengan bangunnya Emil dari tidurnya.
Alhamdullilah.
” ahh..nak kamu tidak lihat, tadi kita terbang tinggi dengan burung besi, nanti kamu pasti akan terbang ke tempat yang lebih tinggi lagi, melangkah dan menjelajah ketempat yang lebih jauh lagi “
Saat itu juga perasaan diliputi rasa hangat.
Selamat datang di Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sepinggan, Balikpapan.
” Setinggi apapun tempat yang kamu daki, Sejauh apapun bumi kau jelajah,
jangan lupa untuk pulang dan kembali kerumah “
—
Foto & Grafis diolah sendiri oleh penulis, dari sumber :
- Pribadi
- Traveloka
- Freepik
Senangnya bisa pulang kampung. Bertemu dengan orang orang tersayang. Salam kenal mamanya Emil.
hai mba jasmine, terimakasih dan salam kenal juga ya 🙂
enak ya mbak, Traveloka memudahkan kita untuk pergi kemana saja, tanpa ribet mengurus ini itu
iyes mba..:)
Mbak, selamat ya tulisan ini masuk daftar pemenang lomba Traveloka kategori tiket pesawat. Ceritanya seru! Aku juga perantauan yang jauh dari orang tua, dan selalu dibikin galau tiap kali lebaran tiba karena musti pilih: lebaran di tempat mertua (yang nggak perlu keluar ongkos banyak) atau di rumah orang tua di Sumatera sana (biayanya wow dengan jumlah keluarga kecil saya hahaha). Tapi, biarpun keluar uang banyak buat ongkos saja tetap kebahagiaan berkumpul bersama orang tua saat lebaran benar-benar tak tergantikan. Dan, saya juga sangat terbantu sekali dengan fitur Best Price Finder-nya Traveloka buat nyari tiket murah.
Anyway, sekali lagi selamat ya!
Alhamdullilah iya bener bgt kumpul keluarga itu adalah hal yang paling membahagiakan.. Selamat juga mas sdh jadi pemenang peringkat pertama dan terimakasih kunjungannya mas eko salam kenal ya 🙂
Akhirnya pulang juga!
Sejauh jauh merantau, emang rumah tempat paling nyaman untuk pulang, ya, Mbak 🙂
Nah iya mba, betul tempat ternyaman itu rumah 🙂