Menuju Proses Menyapih ( Terbang ke Balikpapan )

Lebaran tahun lalu (2016) giliran saya mengunjungi ibu dan bapak di Balikpapan ini pertama kalinya Emil terbang naik pesawat, diumurnya yang sudah menginjak 13 bulan, setelah tahun sebelumnya kami merayakan lebaran di rumah Sidoarjo  bersama si bayi yang baru berusia beberapa minggu dan lingkungan perumahan yang sudah banyak ditinggal mudik penghuninya.

“Emil nanti kalau di pesawat sebelum take off di susu kan dulu mba, biar terhindar dari sakit telinga, kan biasanya mesin pesawat ngganggu pendengaran” saran tetangga, ketika saya pamitan mau mudik

“nak kamu ga ingin menyusu kah” karena saya khawatir telinga nya akan sakit, saya tawarkan lagi untuk menyusu namun emil tidak tertarik, dia lebih tertarik melihat lalu lalang orang di dalam pesawat dan pemandangan jendela, okelah akhirnya saya sodorkan biscuit dan air putih saja untuk jadi cemilan selama didalam pesawat. Semoga tidak apa apa.

Dan ternyata Alhamdulilah tidak terjadi apa apa, penerbangan 2 jam membuat Emil tidak rewel dia tertidur tepat pesawat take off dan terbangun tepat saat pesawat landing. Good job nak, tapi kamu gak lihat bayak kapas terbang di luar sana..

Kembali menuju ke proses menyapih, ketika di Balikpapan Emil di saran kan ibu saya untuk pelan pelan diberi susu formula, waktu itu umur Emil sudah menginjak 14 bulan, dan baru saja bisa berjalan.

Menurut ibu saya alasan di berikannya sufor sebagai susu tambahan adalah agar Emil nantinya terbiasa ketika ia sudah tidak minum ASI lagi dan juga membantu asupan ASI saya yang juga sudah mulai tidak sebanyak awal mula menyusui,

Saya pesimis Emil mau susu formula, karena sebelumnya ketika ia berusia 12 bln saya sudah coba memberikan formula namun emil tetap tidak mau dan memilih susu asli ibunya. Sehingga saya pun tidak memikirkan untuk memberikan susu formula lagi sebagai susu tambahan selain ASI saja.

“coba pelan pelan diberi formula, buat di minum pagi atau sore saja biar emil ga terus menerus nyedot payudara mu” begitu kata ibu saya

Akhirnya saya coba belikan lagi emil susu formula ukuran kecil, setiap pagi oleh ibu saya, Emil digendong dan disuapin pelan pelan dengan menggunakan sendok, tentunya dengan porsi hanya setengah gelas saja. Ternyata diluar dugaan , Emil mau menyeruput sendok susunya. Dan sejak saat itu asupan susu Emil mulai campur, campur ASI dan formula.

Lecet

Setiap malam sebagai pengantar tidur Emil selalu saya susui, setiap saya menyusui hampir tidak pernah tidak, saya ikut tertidur juga. Hingga suatu malam saya di kagetkan Emil jatuh dari tempat tidur, sontak saya segera bangun dan melihat kebawah kasur, yang ternyata baru saya sadari kalau itu cuman mimpi dan yang lebih saya sesali, PD saya yang masih berada dalam mulut emil tanpa sadar juga ikut tertarik sehingga menyebabkan lecet dan luka karena gesekan dari gigi Emil. Oh tuhan sakit sekali

Keesokan paginya baru saya tahu ujung payudara kiri saya lecet dan berdarah. PD kiri saya istirahatkan. untuk meredakan nyeri, saya kompres dengan air hangat, saya tempel dengan kapas yang sudah diteteskan minyak tawon.

Beberapa hari saya hanya  menyusui dengan PD kanan saja, itu menyebabkan PD kiri bengkak, dan seperti ada benjolan keras, karena saya khawatir benjolan itu berbahaya, kembali lagi saya cari informasi, yang ternyata itu merupakan kelenjar susu yang mengeras karena tidak dikeluarkan / tidak terjadinya pengosongan yang maksimal. dan untuk mengurangi / menghilangkannya adalah dengan mengeluarkan ASI atau segera susui bayi.

Dengan menguatkan hati, setelah seharian menyusui tanpa PD kiri, malam menjelang tidur saya sodorkan PD saya yang sedang lecet tersebut untuk dihisap Emil agar mengurangi bengkak, sakitnya sungguh luar biasa dan cairan merah pun merembes dan menghiasi bibir Emil. Duh nak sakitnya.

Alhamdulilah kesakitan itu tidak berlangsung lama, 2 minggu kesakitan menyusui dengan PD kiri akhirnya berkurang dan luka serta benjolan keras pun juga menghilang.

“sudah sekarang Emil belajar mulai di sapih saja, giginya juga sudah hampir lengkap dan banyak” kata bapak saya, dan saya pun hanya mengiyakan.walaupun belum mantap mental ini untuk menyapih.

Tapi sejak di rumah ibu di Balikpapan, memang kegiatan emil menyusu lebih banyak berkurang, mungkin karena banyak yang menyelimur ( mengalihkan perhatian ) dan momong.

lha nanti kalau saya pulang ke Sidoarjo siapa donk yang membantu saya menyelimur atau membunjuk si kecil, ini yang membuat saya tidak yakin apakah saya dan pak suami bisa menyapih anak kami, bisakah ?

Sharing is caring!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *