Main Arus di Pekalen Atas

Setelah penerbangan di mabuk oleh durian-Terbang Rasa Durian , saya dan dua orang kawan yang menjemput saya di bandara. baru pulang hampir dini hari, setelah pesawat Landing di Bandara Juanda. saya tidak langsung istirahat tidur, tapi berkeliling dulu di kota Sidoarjo, makan malam, karaokean, dan menunggu rombongan lain berkumpul, karena kami memang berencana mengadakan rafting di Sungai Pekalen, Probolinggo. Agar berangkat bareng dan tidak tertinggal transport kelompok kami bagi, yang wanita tidur di salah satu rumah kawan kami (mbak dewi – terimakasih tumpangan nya) yang memungkinkan daerahnya terdekat dengan arah transport yang kami carter yaitu arah Sidoarjo. Begitu juga dengan kelompok pria.

Subuh sesuai yang direncanakan kami sudah siap dengan packing baju ganti dan baju yang siap untuk berbasah basahan-di usahakan semua berbahan kain tidak ada yang berbahan jeans. Detik demi detik berlalu berganti menit lalu jam..WHAT?! katanya subuh jam 5 kami sudah dijemput mana jemputannya. Dan tiba tiba munculah broadcast message mengatakan

“maaf perjalanan terhambat soalnya supirnya mencret mencret ini tadi, itu info dari temen ku yang datang ke garasinya”

Molor berjam jam namanya ini..edehhh. apalagi salah satu kawan (mbak Dini Sjafitri) sudah menuggu hampir 2 jam lamanya di pom bensin – kenapa nunggu di pom bensin mbak..hehehe. Jam menujukan pukul 7 pagi hari berarti molor 2 jam lamanya. Dari pada menunggu, saya putuskan kami para wanita menghampiri rumah kawan saya itu ( mas Agung Haribowo) yang jarak nya tidak terlalu jauh dengan tempat saya menginap tidur. Dan transport pun baru berangkat tepat jam setengah delapan pagi..HAHAHA..molor kolor. Dan supir yang mencret tadi diganti secara mendadak .

Ini Jeram Good Bye.. LooH?! 

rafting songa

Perjalanan menuju Pekalen Probolinggo menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam. Sesampainya di pos SONGA kami disuguhi minuman teh botol, sambil menunggu rombongan lain datang. Oiya sebelumnya pada waktu memutuskan mengikuti rafting ini kondisi cuaca pada saat itu memang lagi musim penghujan, saya sempat sangsi bisakah melakukannya, namun setelah di jelaskan hal tersebt bukan menjadi penghalang, karena justru lebih bagus, debit air lebih tinggi di banding musim kemarau, namun tetap saja safety yang paling di utamakan, pengarungan tidak akan di lanjutkan atau diaksanakan Apabila terjadi hujan, karena di takutkan muncul air bah secara tiba tiba. Oke baiklah!

Dengan mengenakan life jacket, dayung dan helm (cari yang maching warnanya kalo bisa) mulailah acara breafing singkat, tentang teknik teknik mendayung, cara memegang dayung, mendengar aba aba dan cara duduk yang benar.  Lalu bagaimana dengan peserta seperti saya yang mengenakan kaca mata apakah harus dilepas? Gak perlu, karena sudah di sediakan karet gelang di sana, hayoo..bagaimana caranya? buat simpul aja sendiri seperti mainan gelang karet (terimakasih mas Kipli yang sudah membantu memasangkan karet di kacamata saya). Yang ga tau caranya bisa minta tolong staf disana. Tidak diperbolehkan membawa kamera kecuali anti air jadi yang khawatir tak ada dokumentasi ada juru poto di sana. (tapi kami tetap bawa kamera sendiri – kamera kresek anti air yang di bungkus sedemikian rupa)

Setelah selesai team lalu di bagi sesuai jumlah dengan instruktur yang sudah ditunjuk. Kelompok kami terbagi menjadi 2 perahu karet. Dan kami dan rombongan yang lain meluncur menuju sungai dengan menaiki pickup, beberapa menit perjalanan mobil pickup masih di teruskan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak menanjak naik dan turun. Jadi saya sarankan jangan pakai sandal flip ataupun sandal jepit fashion  karena bisa saja terpeleset ataupun putus di tengah tengah jalan. Tidak disarankan. Oiya sebelum itukami di bekali air botol mineral masing masing berukuran sedang, kalo bingung bawanya selipkan saja di antara tali life jacket – praktis gak usah bingung cari kantong.

Pengarungan dimulai sekira pukul 11 siang

Mulai menaiki perahu karet badan masih kering namun ujung celana sudah basah. Dan tiba tiba byurr “yak mandi dulu ya biar bersih” ucap salah satu instruktur yang bernama mas Hayat. sengaja menyiramkan air di kepala saya – dingin.jadi ikut kegiatan ini jangan mudah tersinggung jikalau tiba tiba di siram air, di cipratkan air atau di gulingkan perahu dengan sengaja. dan siraman itu tak cukup sampai disitu cipratan yang di sengaja dari dayung peserta lain juga membasahi sebagian tubuh kami yang masih kering. dan semua basah kuyup.

songarafting.wordpress
http://songarafting.files.wordpress.com/2011/03/arung-jeram-probolinggo-11.jpg

Dan saya tak berhenti tersenyum. Ini asyik!

Sebelum pengarungan dimulai salah satu instruktur berbicara ke pada peserta “disini kita bermain kekompakan team, percayakan alat safety yang ada, dengarkan aba aba, dan bila tenggelam ada teknik tersendiri arahkan kaki searah arus kedepan ini mencegah kepala kita terantuk batu dan kepala kebelakang jangan coba berusaha berdiri dalam kondisi bila terjatuh kedalam air, jika memang tercebur maka pasrah saja dan nikmati saja, Oke! sebelum memulai pengarungan ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu”

rafting pekalen atas

Dan saya tak berhenti tersenyum. Ini seru!

Dan mulailah pengarungan sungai di mulai dengan iringan perahu perahu karet yang berjumlah sekitar 10 perahu karet. Arung jeram kami mengambil rute Pekalen Atas, karena jeramnya lebih banyak jalur nya yang panjang dan pemandangan nya yang lebih menarik. Mula mula arus yang kami lewati berarus biasa saja semakin sedikit menjauh arus semakin deras Melewati jeram pertama yang di beri nama jeram Titanic, dan selanjutnya jeram jeram yang gak tau apa namanya – mungkin di situs lain bisa di cari.

Berkali kali instruktur memberi aba aba kiri , kanan, maju dan boom yang Artinya kita harus mendayung belok kekiri/kekanan dan maju, sedangkan boom jika kita harus duduk di dasar perahu dan terkadang menggoyangkan perahu karena tersangkut batu.

rafting pekalen

Perahu kami sempat menubruk batu besar, hampir terguling terbalik, terjepit diantara batu batu dan itu bukan masalah. Perahu kami lanjutkan dengan berhenti tepat di bawah guyuran air terjun yang didiami ribuan kalelawar, yang merasa jijik lagi lagi tidak disarankan untuk ikut kegiatan ini. Karena walaupun pemandangannya menarik udara di sekitar tercampur aroma pesing dari kotoran kalelawar.

Perjalanan pun di teruskan setelah sejenak berfoto foto ria dengan latar belakang derasnya air terjun Pekalen Atas, oiya saya hampir saja kintir terikut arus Sungai Pekalen yang deras apalagi batu batu sungai yang tak ada yang tak licin dan sempat salah pijak lalu terjerembab di antara batuan dengan air yang dalam. sempat ditarik instruktur ke belakang biar di sengaja jatuh ke air tapi tak berhasil. HOHOHO.. sedangkan perahu kawan kami terbalik ke air.

Setelah selesai berfoto, perahu kami dayung, tak banyak kami mendayung lebih banyak ‘boom’  dan mendayung sebanyak 3 sampai 4 kali dayungan..adeehhh… jadi sirik dengan perahu instruktur sebelah yang kebanyakan mendayung secara serentak dan bersama sama.

rafting2

Di tengah pengarungan kami berhenti istirahat sejenak bersama 10 perahu lainnya, menikmati jemblem gula yang masih hangat dan wedang jahe merah. Pengarungan pun berlajut dan tiba tiba instruktur berkata “yak ini namanya jeram good bye ini jeram terakhir kita” Yaahhh..sumpah ga kerasa.. saya belum puas..saya mau lagi.. tapi request kami harus mendayung serentak dan bersama sama bukan hanya instruktur saja yang bekerja keras mendayung dan mendorong perahu tersangkut.

Pengarungan selesai sekira pukul 2 siang. dan setelah mandi dan membersihkan diri kami pun menikmati sajian makan yang sederhana namun nikmat di sajikan hangat hangat.

 

 

Sharing is caring!

4 komentar untuk “Main Arus di Pekalen Atas

  1. Tepat saat adzan maghrib berkumandang, kita berhasil menyelesaikan track yang berakhir di jembatan Cibun, wilayah Baseh, Kedung Banteng, Banyumas. Diatas jembatan tampak mobil penjemput sudah tiba. Sambil menunggu perahu kedua sampai di finish kita menikmati dinginnya air sungai Logawa dengan berendam dan mencuci muka. Setelah perahu kedua sampai di finish kita pun kembali ke base camp di Batur Agung.

  2. pertama yang akan kami lalui namanya “Jeram Ngehe,” sebuah jeram yang relatif kecil, namun paling banyak membuat orang terpental dari perahunya, terutama para pengarung baru. Hal itu terjadi karena mereka belum siap, adrenalin belum terpacu dan kewaspadaan belum terpasang. Di jeram inilah biasanya para instruktur menggertak para pengarung yang terlalu sombong. Kami mendayung sesuai dengan komando Maya, kami menghitung bersama-sama, Wisely mendayung dengan penuh semangat. Aku menoleh ke belakang, mengangkat alisku, membanggakan Wisely pada Maya. Maya tersenyum, dia menganguk-anggukan kepalanya, nampaknya bukan saya saja yang terkagum-kagum melihat cara Wisely mendayung.

  3. Jika kita terlanjur masuk ke air karena perahu terbalik, yang kita lakukan adalah pertama jangan panik, gunakan gaya pasrah, badan menghadap ke atas, kita akan mengapung dengan sendirinya karena sudah menggunakan pelampung. Ikuti arus dengan kaki diangkat mengikuti arus sungai. Jadi kita tahu mana lokasi yang aman, yaitu yang tidak ada batu. Demikian tips singkat dari sang instruktur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *