Lanjutan jalan jalan (1)
Setelah cukup puas mengelilingi dan menyusuri hutan bakau di kawasan Margomulyo kami pun beranjak menuju ke kawasan yang lain yaitu teluk Balikpapan. Perjalanan menuju teluk balikpapan menempuh kurang lebih 20 menit dari hutan mangrove. Kondisi jalan menuju ke sana tidak berbeda jauh dengan kondisi jalan ke hutan mangrove. Masih melewati pemukiman penduduk dan dengan kondisi jalan yang diaspal seadanya.
Setibanya di lokasi kami pun bertemu dengan guide kami yang bernama Stan ia berasal dari republik Ceko, bahasa indonesia Stan lebih fasih. Walaupun kami lebih nyaman mendengar dia berbahasa inggris. Dan teman kami, Leon tanpaknya senang bertemu sebangsanya ‘bule’ 🙂
Setelah sedikit berkenalan,Stan lalu mengajak kami menuju ke pelabuhan-cukup dengan berjalan kaki saja, namun anda harus berhati hati lagi karena ada kotoran sapi teronggok begitu saja di tengah jalan. Kami pun menunggu boat kami sandar dan kemudian menaikinya secara perlahan dan satu persatu, karena jika tidak secara perlahan maka boat akan miring.
Pak Ali sebagai pengemudi perahu, mengarahkan boatnya menuju ke tengah perairan teluk. Stan pun menerangkan kalo Bekantan akan muncul menjelang sore hari. Pada waktu itu jam menunjukan pukul 5 lewat. Memang kami sempat melihat ada beberapa Bekantan yang bergelantungan dan terkadang ‘nongkrong’ di atas dahan. Namun itu hanya sebentar karena mereka langsung pergi karena mendengar suara boat kami. Kami pun berlanjut menyusuri deretan hutan bakau yang ada di teluk balikpapan. Sepanjang menyusuri perairan teluk balikpapan,tak jarang kami menemui sampah sampah bungkus minuman / makanan bahkan rokok tak ayal baling baling boat kami pun kadang mati karena tersangkut sampah peraian Teluk Balikpapan
Memang disayangkan karena perairan dimana habitat hewan tinggal harus di kotori manusia yang tdk bertanggung jawab. Stan pun bercerita ancaman yang nyata terhadap habitat bekantan adalah proyek pembangunan Jembatan Pulau Balang dan Jalan penghubungnya, karena bisa saja menyebabkan perusakan hutan dalam skala besar, baik secara langsung maupun tidak langsung pembukaan akses ke hutan, kebakaran lahan dan pembangunan illegal akan terjadi kalau tidak diatur.
Ancaman masalah tersebut dapat dihindari dengan pembangunan jembatan di daerah yang tidak mengancam hutan yang masih alami, yaitu Tanjung Batu. Opsi alternatif ini bukan hanya lebih ramah lingkungan tetapi juga lebih ekonomis.
Tak lama dari kejauhan kami pun melihat sekumpulan bekantan asyik makan dedaunan, pak Ali pun mematikan mesin motor perahunya agar Bekantan tidak kabur karena mendengar suara perahu kami. Sayang sekali kamera saya tidak bisa menangkap secara detail bentuk Bekantan tersebut namun bila dijabarkan secara fisik Bekantan yang mempunyai nama latin Nasalis Larvatus merupakan sejenis primata berhidung besar. Hidung besar pada bekantan berfungsi sebagai selang udara saat mereka berenang dalam air. Pada bekantan jantan adaptasi ini berubah fungsinya sebagai daya tarik seksual untuk para bekantan betina. Selain itu ukuran hidung yang besar memiliki fungsi lain sebagai resonator untuk menggeram yang bisanya terdengar dari bekantan jantan dewasa pada siang dan malam hari. Oleh karena itu Bekantan salah satu primata yang paling bising Dan saat ini berdasarkan data yang saya lihat terdapat 1400 ekor.Bekantan yang terdapat di teluk balikpapan
Sedangkan untuk pulau Kalimantan jumlah populasi Bekantan. Adalah sekitar 25000 ekor. atau sekita 5% dari populasi seluruh bekantan didunia.
Stan kemudian menjelaskan lagi,Di Hutan mangrove Balikpapan Bekantan paling suka makan daun, bunga dan buah pohon Rambai Laut (sonneratia Alba) selain itu mereka juga makan daun daun yang muda dari jenis mangrove lain namun mereka makan dalam jumlah terbatas untuk menghindari keracunan. Oleh karena itu mereka mencari sebagian makanna lain di Hutan sekunder di luar Hutan mangrove. Jika Hutan Mangrove terisolasi dari hutan di sekitarnya maka Rambai Laut dapat rusak dan mati karena konsumsi berlebihan oleh bekantan. – Rambai Laut punah Bekantan pun punah. Dan ini sudah terjadi di wilayah Sungai Somber.
Yahh..miris memang mendengar cerita Stan dan kondisi yang kami lihat secara langsung. Di satu pihak Balikpapan menjatidirikan sebagai Kota Beriman, Bersih Indah Aman dan Nyaman dengan program Clean,Green and Health nya namun itu hanya terbatas sampai di Kota. Tapi Bagaimana dengan yang di pelosok?masih banyak terdapat sampah dan penduduknya yang masih kurang peduli dan paham lingkungan tinggal disekitarnya.
Dan Perahu boat kami pun sandar tepat pukul setengah 7 malam dengan membawa cerita di dalamnya.
Mengelilingi hutan mangrove ini, menjadi sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Jalan kayu yang melingkari kawasan hutan ini, membuat para pengunjung mudah untuk menikmati keindahan dan keteduhan tempat ini. Kicau burung berbagai jenis masih bersahutan. Jika anda datang di pagi hari, maka kemungkinan untuk bertemu dengan para bekantan jauh lebih besar.
betul sekali
🙂
Keadaan ini diamini Stanislav Lhota, seorang peneliti bekantan dan habitatnya (hutan mangrove) di Teluk Balikpapan. Lhota lulusan Fakultas Ilmu Biologi di University of South Bohemia. Dia telah meneliti bekantan dan hutan mangrove selama tiga tahun di daerah ini.
🙂 terimakasih atas tambahn info nya
salam
Kata ketua DPRD Kaltim Mukmin, pembangunan jembatan pulau Balang tak mungkin di stop karena sudah banyak anggaran yang sudah habis untuk jembatan pulau Balang.
Tapi jika terus dilanjut sudah pasti merusak lingkungan, baiknya mau tidak mau harus di stop lalu bangun jembatan di titik lain