Aku kembali menulis lagi. Entah apa mungkin ini sebuah pelepasan dari sebuah emosi amarah, kesedihan atau pun kerinduan yang ingin di lupakan barang sejenak.
Muncul pemikiran seperti ini mengenai semangat:
Semangat itu ibarat bara api. Yang pada awalnya hanya berupa beberapa batang kayu kering ataupun hanya sebongkah batu yang menjadi pematik lalu mencari pembara agar nyala bisa bertahan dan membesar. Api itu membesar dan membesar suatu ketika angin besar datang dan bertiup membuat goyah bara api tersebut namun bara api bertahan. Percikan percikan air pun datang bara api itu pun masih bertahan.
Namun bagaimana jika hembusan semakin kuat percikan air yang bisa saja mematikan kobaran api tersebut semakin banyak. Sedangkan api berusaha mempertahankan bara nya agar tetap menyala walaupun ia harus memakan sumber baranya sendiri untuk bertahan-namun apa daya bara api pun padam karena tidak ada tambahan sumber bara yang memberinya.
Sama halnya dengan semangat manusia apalagi manusia adalah mahluk sosial – pasti membutuhkan orang lain menjadi penyemangat ketika bara api dalam diri manusia tersebut telah padam
Kecuali ada keajaiban dari hembusan angin yang menyalakan bara yang tersisa.
(megasavitrhi)