Bisa yang saya tumpangi dari terminal Purabaya tiba di arjosari, saya pun segera mengirimkan text ke adik saya memberitahukan posisi saya saat ini, dadakan memang karena saya sendiri tertidur di dalam bis.
“tunggu yak, aku masih siap siap,tunggu terminal dari sini lmayan jauh” isi sms adik saya
Dan saya pun menunggu di dalam terminal dengan tanpa kepastian akan berapa lama, ah mungkin sekitar 15 menit piker saya, tak mengapalah. Dengan langkah tegap dengan punggung di tegakkan langkah kaki di mantapkan dan pandangan mata lurus kedepan – ini penting karena biar orang yang tak dikenal tidak memandang kamu sedang linglung atau bingung sehingga mudah diperdaya, jadi percaya diri aja kalo jalan gak usah pasang tampang bingung.
Tawaran ojek dan orang orang yang menawarkan angkutan semua saya jawab tegas “mboten pak – enggak pak” saya pun terus berjalan memilih deretan bangku ruang tunggu terminal yang rata rata di Penuhi laki laki, saya pun memilih duduk di bangku dekat toilet umum dan mengetik pesan ke adik saya kalau saya tunggu di depan toilet umum.
kenapa saya pilih duduk disitu karena disitu lampu nya lebih terang karena ada sorotan lampu toilet di belakang, tulisan toilet terlihat besar dari kejauhan dan jika adik saya mencari bisa gampang menemukannya , selain itu bangku tersebut tidak ada yang menduduki. Saya pun dengan tenang duduk dengan sedikit menselonjorkan kaki, ransel masih saya gendong di belakang, namun saya segera memindah letak ransel saya kedepan dan mengecek bawaan ransel saya, kaget juga beberapa saku terbuka untung saja yang kosong isinya sedangkan saku yang lain yang terkunci dengan kaitan gantungan tas, aman tanpa terjamah. Oke satu fase terlewati tas ransel saya aman dari jamahan tangan orang asing.
Saya pun kembali menunggu sambil melihat jam di pergelangan tangan saya, 8.25-sudah 10 menit berlalu dari 15 menit perkiraan saya . menit demi menit saya pun mulai sedikit jenuh apa yang saya lakukan? Membaca? Gak mungkin di situ cahaya kurang walaupun lebih terang diantara lampu yang lainnya. Apa main gadget, kebetulan mas meminjamkan ke saya, namun saya urungkan lagi, bisa bisa mengundang mata orang asing untuk jahil.
“krupuk mba” tiba tiba seorang pedagang asongan menawarkan seplastik kerupuk di hadapan saya
“mboten pak, sampun” jawab saya “buat oleh oleh mbak” sambil tetep keukeuh menyodorkan seplastik kerupuknya, namun saya tetap saja menolaknya – kalo gak pengin beli jangan beli, apalagi hanya iba dan harus mengeluarkan dompet beserta isinya yang bisa di liat agen mata mata lain-hahahaha..lebih aman katakan tidak.
Pengasong itu pun berlalu setelah saya tetap keukeuh menolak membeli kerupuknya, Dan saya memutuskan kembali memperhatikan bis bis yang berlalu lalang, teriakan para kernet, pengasong yang lewat ilir mudik, mendengar lagu lagu pengamen yang bermain dengan gitarnya dan orang orang yang tak dikenal.
Oke orang yang tak dikenal, ini harus di waspadai, apa lagi saya sendirian malam malam dan saya wanita. Tak beberapa lama munculah seorang pria berjalan santai lalu duduk di samping saya, sesekali di hirupnya ujung putung rokok di jari, baju kemeja garis garis yang di kancing seadanya dipadu celana kain bewarna krem dan sandal hitam.
Dan muncullah rasa was was saya, bagaimana kalo orang tersebut main gendam tepuk sedikit hilang ingatan, waduh saya langsung ingat gadget si mas yang dipinjamkan kesaya
Pria itu lalu berbasa basi bertanya kepada saya, saya jawab sekenanya.
“dari mana mbak?” Tanya pria itu “dari Surabaya pak?” jawab saya-kalo di jawab jujur dari balikpapan bisa jadi kacau ntr, pikiran yang bukan bukan-wanita sendirian malam malam dalam terminal dan rumahnya jauh di Kalimantan, sasaran empuk nih.
hadeuuhhh..
dan pria tersebut terus bertanya hal hal yang ga penting mulai bis arah Banyuwangi mana lah naiknya kemana lah dari manalah – “kan situ bisa Tanya lagian di bis bis sudah jelas ada tulisan rutenya “ batin saya lagi, Dalam hati saya “aneh nie orang ngaku penumpang tapi bawaannya santai, tas pun gak ada” dan pria itu selalu berusaha bersitatap dengan wajah saya dan untungnya saya bukan orang yang suka menatap mata lawan apalagi yang baru kenal jadi kalo kemungkinan gendam lewat mata pun percuma saya liat sisi lain wajah lawan bicara saya dan saya sedikit acuh kepada orang yang tak begitu kenal.
Curiga mulai muncul di pikiran , duduk pun saya arahkan sedikit menjauh dari pria tersebut, sejenak kami tidak ada dialog, saya Perhatikan dari sudut mata saya pria tersebut mengeluarkan sebuah hp kecil dari kantung kiri saku celananya dan berbicara di telepon seperti ini “iyo..gak bisa gak bisa..mreneo” dan ketika itu posisi duduk saya tepat di tengah tengah dengan bangku sebelah kanan saya kosong. Tanpa sengaja mata saya melihat kearah kanan, seorang pria berperawakan besar sedikit dempal muncul dari arah belakang lalu melirik kearah bangku saya, saya pun langsung menoleh dan menggeser tempat duduk saya semakin kepinggir. Biar saya tidak posisi di tengah tengah. Jika memang laki laki dempal tersebut ingin duduk di daerah bangku yang saya tempati. Dan laki laki dempal tersebut pun mengurungkan niat duduk di bangku sebelah saya.
Memang aman namun bangku tempat saya sekarang tidak nyaman, dudukannya sedikit anjlok ke bawah dan kaki saya tidak bisa selonjor seperti tadi karena di bawah kaki saya ada bekas tumpahan makanan, tapi tak mengapa yang penting area aman dan mata tetap awas serta pikiran jangan dibiarkan kosong, Perhatikan setiap area sekitar dan berpikirlah. Sampai sampai bayangan sekelebat di belakang selalu saya Perhatikan.
“hei..ayook” adik saya sudah berdiri di samping bangku saya
Bye bye terminal saya mau istirahat, eh tapi sebelum itu makan dulu..(kuliner)