Rok Mini Black Pink Bikin Risih?

Saya bukan penggemar musik dan drama korea. jadi bisa dipastikan kalau saja ada kawan yang membahas tontonan drakor ( drama korea) terkini ataupun membahas betapa rupawannya artis korea yang menyanyi lagu ini atau lagu itu, saya pasti tulalit.

Ditambah lagi saya tidak menonton tv, televisi di rumah kami sudah hampir dua tahun nganggur di sudut gudang belakang, setelah menjadi korban keganasan petir.

Pak suamipun tidak kunjung membawanya ketukang servis

“gak usah nonton tv lah, lumayan ngurangi mudarat”

Jadi tambah kudet (kurang update) saya tentang dunia hiburan / pergosipan di layar kaca termasuk gonjang-ganjing dunia perpolitikan, tapi itu tidak jadi masalah, dunia kami sedikit lebih tenang dan bersih.

Apalagi Emil,  ia tidak punya idola super hero atau tokoh kartun favorit, polah tingkahnyapun sewajarnya saja seperti anak-anak seusianya.

Tapi bukan berarti kami fakir informasi, untungnya jaringan wifi di rumah melimpah ruah, sehingga media informasi kami beralih, dari layar televisi menjadi layar laptop, tontonan juga, hanya memilih yang kami suka dan yang ingin ditonton saja

Termasuk pilihan tayangan untuk Emil, walaupun dia lebih senang bermain dengan sepedanya atau bercengkrama di teras depan dengan kuman-kuman yang ada di pasir, bosan nonton youtube dari gadgetnya.

Kami memang tidak menonton televisi, tapi saya sempat tahu ada seseorang yang mengajukan petisi tentang penghentian iklan salah satu marketplace yang menggunakan Blackpink sebagai bintangnya.

Ya udah sih cuek aja, saya tidak menonton TV, bukan penggemar Blackpink juga, apa pengaruhnya ke saya, tapi makin kesini media sosial makin ramai saja.

Ddu-du ddu-du du..Aye aye

Penasaran dong, saya search di youtube, saya tonton iklannya kemudian saya beralih ke media sosial membaca isi petisi yang diposting salah satu kawan saya yang ikut menandatanganinya, berlanjut saya cari informasi yang terkait, sampai bermuara menjadi obrolan ringan dan berandai-andai dengan pak suami.

“Emil biar tumbuh dalam keheterogenan, biar saling mengenal teman-temannya yang berbeda dan bisa memaklumi..”

Petisi Hentikan Iklan

“Iklan yang menggunakan grup Korea Selatan, Blackpink ini, sering diputar pada program anak-anak. Satu film anak-anak bahkan memuat iklan ini setiap beberapa menit seperti Film Tayo di RTV, Jumat (7/12). Apa pesan yang hendak dijajalkan pada jiwa-jiwa yang masih putih itu? Bahwa mengangkat baju tinggi-tinggi dengan lirikan menggoda akan membawa mereka mendunia? Bahwa objektifikasi tubuh perempuan sah saja?”

Tindakan membuat petisi menghentikan tayangan iklan,yang menurut penggugat, menggunakan bintang iklan dengan pakaian kurang pantas, menurut saya adalah suatu bentuk perhatian positif seorang ibu kepada anaknya dan kepada masa depan anak-anak Indonesia.

Seronok? seronok dalam KBBI itu adalah, sedap dilihat, menarik hati – mungkin senonoh maksudnya.

Tapi sebelum petisi itu muncul, saya biasa saja melihatnya, saya lebih risih dan jijik kalau lihat ada duo dangdut berpakaian ketat tertutup tapi goyang drible,mantul-mantul.

Mba cantik, kalo nanti tampil di Indo pakai baju gini saja, biar dunia persilatan tidak huru hara (sumber)

Terlepas dari iklan dan televisi.

Pada kenyataanya hampir setiap hari, baik di dunia nyata atau maya, ada saja tayangan yang kurang mendidik hadir ditengah-tengah keluarga, apalagi ditambah internet yang sangat mudah diakses, gadget bisa sangat murah didapat dan diperjual belikan.

Apalagi iklan tersebut hanya dimuat saat momen tertentu saja, momen birthday sale12.12, setelah itu selesai, tidak ada lagi iklannya.

Lalu, apa kabar dengan tayangan lainnya yang masih terus diputar?, anak-anak masih bisa bebas menonton atau sebagian anak lainnya lagi diberi kebebasan orang tuanya mengakses internet dari gadgetnya.

Mungkin akan berbeda jika petisi tersebut berjudul “Atur Jam Tayang Televisi di Indonesia Demi Kebaikan Anak” , maka bisa saja, semua tayangan televisi baik iklan serta programnya akan terkena seluruhnya dalam pengaturan jam tayang.

Karena poinnya menurut saya, adalah tayangan iklan yang bukan pada tempatnya dengan frekuensi yang sering.

Jadi rasanya percuma kalau hanya menuntut turunnya salah satu iklan saja, tapi program-program lainnya yang kurang mengedukasi masih berseliweran di layar kaca dari berbagai macam saluran

Saya pernah menjumpai di lingkungan saya sendiri,salah seorang anak usia SD asik dengan gadgetnya sementara anak-anak sebayanya bermain sepeda atau bola.

Saya iseng bertanya, tentang tontonan yang dia lihat, namun anak itu enggan menunjukan video tersebut, namun saya tahu itu adalah video seorang youtuber dengan tubuh penuh tatto bernyanyi nyanyi sambil mengepulkan asap dari mulutnya, sesekali mengeluarkan lirik dengan kata-kata yang tidak pantas diperdengarkan anak.

Ini kan lebih bahaya ketimbang iklan televisi, yang orang dewasa saja kadang malas menontonnya.

Kalau orang tua dulu selalu mewanti-wanti “Jangan nonton tv terus”, mungkin orang tua sekarang mewanti-wanti anaknya ”jangan main gadget terus”

Dunia berubah.

Eksperimen, Emil Nonton Video Blackpink

Kami coba ekperimen menampilkan tayangan iklan tersebut kepada Emil ( 3,6 th) anak kami yang  juga suka menonton film kartun.

Ketika tayangan Blackpink tersebut diputar, ekpresi Emil serius, lalu keluarlah komentarnya “lampunya banyak” dan berlanjut dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pakaian mereka yang minim.

Ekpresi berbeda lagi ketika kami lihatkan video klip salah satu grup penyanyi korea yang lain,dengan pakaian mirip dengan Blackpink, sama-sama memakai rok mini, ekspresi Emil tertawa ngikik, mungkin karena banyak warna-warni  di situ, apalagi penyanyinya juga berjoget lucu.

Rasanya, salah satu kalimat petisi “Apa pesan yang hendak dijajalkan pada jiwa-jiwa yang masih putih itu? Bahwa mengangkat baju tinggi-tinggi dengan lirikan menggoda akan membawa mereka mendunia? Bahwa objektifikasi tubuh perempuan sah saja?tidak sampai ke anak kami.

Justru lantunan irama dan tampilan warna-warni yang langsung ditangkapnya, selebihnya kamilah sebagai orang tua yang banyak memberikan pesan positif ke dalam pikirannya.

Dan Emil lebih enjoy dengan tontonan kartunnya.

Oh iya..

Tapi, bisa jadi tayangan iklan tersebut sengaja diputar saat televisi menyajikan program anak sebetulnya target utamanya adalah ibu-ibu yang mendampingi balitanya menonton.televisi.

Anak-anak hanya tahu lagu tapi tidak paham promosi, berbeda dengan ibu-ibu, paling doyan belanja online, termasuk saya.

Ddu-du ddu-du du..Aye aye

Bantu Anak-Anak Kita Menjadi Pribadi Yang Kuat

Memang yang  dikhawatirkan adalah anak akan meniru, tapi disitulah peran masing-masing orangtua diperlukan.

Sampai kapan kita membuat benteng untuk anak dari serangan luar jaman sekarang, dimana arus informasi bisa didapatkan dengan mudah? apakah kita ingin anak kita seperti katak dalam tempurung? Apakah kita ingin anak-anak kita norak, mudah panik dan terpancing sesuatu hal?

Saya kutip sedikit kalimat yang ditulis di DNK.id oleh Mila Quinn

“Daripada gencar membentengi anak dari serangan pihak luar saya lebih suka membantu mereka membangun karakter pribadi yang kuat.”

Seandainya setiap orang tua terbiasa mendampingi serta mengedukasi setiap tayangan yang ditonton anak, saya percaya, anak akan perlahan belajar bertoleransi, mengerti dan belajar mempunyai perspektif yang luas tentang keberagaman yang ada.

Berbeda itu tidak selalu salah.

Ibarat nada, jika dimainkan secara ‘barbar’ melodi yang dihasilkan tidak enak didengar, dimainkan dengan nada yang sama pun juga tidak menyenangkan.

Tapi, seandainya nada-nada yang berbeda tersebut dimainkan secara teratur, pastilah menghasilkan irama yang enak didengar siapa saja.

 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal..” (Qs. al-Hujurat: 13

Dunia ini bukan diisi satu jenis mahluk saja, satu agama dan budaya saja, dunia ini beragam dan berwarna, jangan menutup mata mereka tapi berikan mereka sesuai porsinya.

Yang terpenting, selalu dampingi anak, berikan mereka dasar yang kuat, iman dan ilmu dalam menghadapi tantangan jaman.

Seperti Yin Yang, hitam dan putih saling berdampingan, saling mengisi dalam sebuah lingkaran keseimbangan.

Ini opini saya.

Sharing is caring!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *