Siapa suka Bakpao ?
Saya pasti akan mengacung paling tinggi. Iya saya suka sekali Bakpao. Kue bulat dan berisi berbagai macam isian ini , sejatinya adalah makanan yang berasal dari Thionghoa.
Saya akan bercerita receh tentang bakpao ini.
Bakpao Jaman SD
Kue ini menjadi salah satu camilan favorite saya sejak SD, berawal dari seorang kakak kelas yang sering banget beli dan makan bakpao di dalam mobil jemputan sekolah.
Bakpao yang masih mengepul digigitnya dengan lahap, segera saja bau sedap aroma bakpao isi ayam dan telur menguar di dalam mobil.
Sedep banget deh, pas banget timingnya, jam pulang sekolah siang-siang perut keroncongan uang di saku tinggal Rp. 500, sedangkan harga bakpao pada saat saya SD adalah Rp.1000 . Itu sudah dapat bakpao yang besar dengan isian yang penuh. Gak heran Jadi andalan anak-anak sekolahan yang sudah gak tahan lapar di jam pulang.
Sampai di rumah saya ngadu ke ibu saya kalau tadi pingin beli bakpao tapi uangnya gak cukup. Alhamdulilah besoknya di kasih uang saku lebih.
Baca juga : Pengalaman makan buah eksotis Kalimantan
Bakpao Buatan Ibu
Keesokan harinya ibu saya langsung membuat kreasi bakpao sendiri. Saya masih ingat isian bakpao ini, ayam dengan telur dimasak dengan sedikit saus sehingga bewarna agak kemerahan. Sedangkan bakpao yang saya beli isiannya berwarna kecoklatan.
Walaupun cita rasanya beda dan ukurannya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan bakpao sekolahan, tapi cukup lembut ketika digigit dan bisa puas makannya.
Kalau sekarang bakpao dengan merek yang sama – Bakpao Apollo – harganya sudah Rp. 5000 per buah dengan bentuk permukaan yang tidak mulus, tepungnya tebal dan isian yang kurang banyak, telurpun tidak ada kalau yang isian ayam.
Untuk versi isiannya ada bapao ayam, kacang tanah dan kacang hijau.
Bakpao Jaman Kuliah
Nah ketika saya kuliah ada tuh bakpao favorite, namanya Bakpao Chik Yen. Panggilan abang penjual bakpao kalau lagi lewat depan kos sampai sekarang masih saya ingat.
“chik yen..chik yen bapao yang asli..aseli loh..”
Menurut saya ini adalah bakpao enak di Surabaya, jadi Kalau lagi jalan ke Surabaya dan kebetulan melalui jalan yang biasanya mangkal abang penjual bakpao ini saya pasti menyempatkan untuk beli. Bakpao yang saya suka yang isian ayam.
Tekstur bakpaonya lembut, isiannya rasanya beda banget dengan Bakpao yang saya beli di Balikpapan. Harga juga beda sedikit lebih mahal.
Saya termasuk sering beli ini ketika kuliah, lumayan buat sarapan, biasanya saya simpan di kulkas paginya digoreng dengan mentega atau dimasukan ke dalam penghangat nasi.
Harganya kalau tidak salah ingat berkisar antara Rp.4000 – Rp.6000. Isinya juga sangat bervariasi ada kacang merah, kacang hijau, ayam, sosis, spesial ayam, keju dan coklat.
Bakpao Komplek
Nah ini sejak tinggal di Sidoarjo saya bersyukur ternyata saya tidak dijauhkan dengan bapao. Ternyata ada bapao keliling yang rasanya cukup enak menurut saya sebagai penikmat bapao sederhana. Namanya Bapao Anjaya.
Isiannya bapaonya ada ayam, coklat dan kacang. Harganya 3000, sayangnya sudah 2 tahun ini gak pernah kelihatan lagi dan di komplek saya sudah tidak ada lagi pedagang bakpao.
Ada tapi bakpao yang warna-warni itu, saya kurang suka. Apalagi kalau pedagangnya ngaku dia jualan bakpao tapi ternyata isinya inti kelapa, males banget.
Bakpao Buatan Adik
Karena tidak ada penjual bakpao yang lewat di perumahan kami, sedangkan penjual bakpao di sekitar juga saya tidak tahu dimana. Berinisiatiflah adik saya membuat bakpao. Dengan menggunakan bahan bahan yang ada dan berbekal resep bakpao enak dan empuk dari internet.
Dan jadilah bakpao ala adek saya, permukaan bakpaonya mulus, ketika digigit oh sungguh kerasnya, jadi kami hanya makan isian saja.
“ Bakpaonya atos mbak ayuk “ saya dan adik cuman nyengir saja
Bakpao Buatan Pak Suami
Karena sebelumnya pak suami berhasil membuat kulit lumpia yang tidak mudah sobek, maka dia tertantang membuat olahan tepung lagi. Kali ini olahan yang akan dia buat adalah bakpao dan saya kebagian membuat isiannya dan menyediakan bahan-bahan.
Baca juga : Kulit lumpia anti sobek
Sambil melihat resep bapao ayam di internet, ia menimbang tepung, membuat biang kemudian menguleninya.
Setelah jadi saya pun mengisinya dengan isian ayam yang sudah saya buat. Kemudian meletakkannya ke dalam dandang.
Menit demi menit berlalu matanglah bakpao kami. walaupun kecil mungkin karena kami terlalu rapat meletakan di dandang sehingga membuat bakpao tidak mengembang bebas.
Hasilnya mulus, rasanya pun gak kalah dengan bakpao langganan kami. Tapi menurut pak suami tekstur bakpao kurang lembut.
Isiannya juga enak, sayangnya saya mengisi isiannya terlalu ke tengah, membuat hasil akhir bakpao isiannya sedikit, harusnya saya mengisinya penuh tidak bagian tengahnya saja.
“layak lah ini kalau di jual “ pak suami terlalu pede