Merawat Gigi Keluarga dan Tindakan Tepat Saat Gigi Patah #1

“ ayok , nanti malam kedokter gigi, itu lihat gigi geraham mu sepertinya perlu ditambal”

Selepas magrib saya dan bapak pergi ke tempat praktek dokter gigi langganan, antrian saat itu cukup panjang, saya dan bapak mengambil posisi duduk di sudut dekat jendela, dari jendela saya melihat ke arah luar, jalan raya pada malam itu sangat ramai, lampu lampu kuning kendaraan seperti kunang kunang yang berseliweran.

Di dalam ruang tunggu, dengan pasien yang sedang duduk mengantri, terdengar suara bor yang cukup bikin ngilu di telinga, mata saya menyapu sekeliling ruangan, ada poster besar dan gambar sebuah gigi lengkap dengan bagian bagian nya, semakin ngeri saya, saya pun menengok lagi ke luar jendela, demi mengatasi gugup yang tak kunjung reda. Ternyata kami sudah lama duduk disini, maklum kami dapat nomor antrian terakhir untuk periksa gigi.

Saya takut kedokter gigi  dan itu adalah pengalaman pertama saya kedokter gigi, sampai di ruang praktek ternyata dokter belum bisa bertindak apa apa ke saya, karena apa? saya menolak membuka mulut.

Percuma bapak ngantri lama lama, kami pun pulang dengan tangan hampa.

Itu adalah sepenggal cerita bertahun tahun yang lalu ketika saya masih di sekolah dasar dan pergi kedokter gigi untuk pertama kalinya, betapa takutnya saya dengan dokter gigi, namun seiiringnya waktu akhirnya saya merelakan diri untuk selalu berkunjung kedokter gigi sampai saat ini, bukan untuk perawatan agar gigi terlihat cantik, namun akibat kurangnya merawat gigi, sehingga membuat saya harus bolak balik ke dokter gigi untuk bersih karang serta tambal sana sini, karena lubang yang sudah menjalar kian kemari.  Mungkin gigi saya lelah sehingga beberapa gigi harus dicabut dan diganti dengan gigi palsu, walaupun warna dan bentuk menyerupai gigi asli namun ya sedih juga beda aja gitu dan biaya nya pun tidak murah satu gigi bisa hampir 1 juta rupiah ( tergantung kondisinya ) untuk gigi yang tidak lepas pasang, jadi melekat seperti gigi asli, mahalkan? Bayangkan jika seluruh gigi diganti gigi palsu.

Karena pengalaman yang tidak bagus itulah saya berharap agar gigi anak saya tidak seperti saya, sejak si kecil  mulai tumbuh gigi saya berusaha sebisa mungkin si kecil mau dan terbiasa menyikat gigi, saya juga jarang sekali memberinya coklat atau permen hanya untuk dikulumnya.


“Lempar ke genteng giginya” kata ibu saya
“Kenapa bu? “ tanya saya lagi dengan rongga gigi yang masih menganga, selepas di tarik ibu saya menggunakan benang.
“Biar tumbuhnya bagus, kalau gigi atas yang dicabut lempar ke bawah atau di tanam, kalau gigi bawah yang dicabut lempar ke atas “

 

Merawat Gigi Keluarga dan Tindakan Tepat Saat Gigi Patah #2

 

Sharing is caring!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *