Eksotis, sesuatu yang mempunyai daya tarik yang khas karena keunikan dan belum banyak diketahui secara umum dan jarang dimiliki oleh yang lain – KBBI
Sejak meninggalkan Balikpapan dan tinggal di Sidoarjo, saya sudah tidak pernah menjumpai lagi penampakan buah-buahan jenis ini.
Karena sepertinya buah jenis ini tidak tersebar merata di pelosok Indonesia.
Bagi kalian yang pernah tinggal / singgah di Balikpapan atau sekarang sedang bermukim di Balikpapan, pasti tidak asing dengan 2 jenis buah ini, Buah Cempedak dan Buah Elai.
Saya akan bahas satu persatu dulu ya, yang pertama Buah Cempedak
Buah Cempedak
Nah, bulan Februari lalu kebetulan saya berkesempatan pulang ke kampung halaman, kebetulan di sana lagi musimnya buah –buahan ini.
Terutama Cempedak, paling banyak dijual di pinggir-pinggir jalan, aromanya lebih wangi dari nangka, tapi masih lembut di terima oleh indera penciuman saya, dibanding Duren, bisa pusing saya.
Cempedak ini adalah jenis buah yang sekilas mirip dengan Nangka, tapi bukan Nangka, bentuk buahnya lebih ramping, permukaan kulitnya bergerigi tumpul pendek dan berwarna kekuningan jika sudah matang atau tua.
Menurut informasi dari media online yang saya baca, Cempedak yang merupakan salah satu flora asli Indonesia ini ternyata mempunyai beberapa nama, seperti nangka beurit, nongko cino, cubadak hutan dan tiwadak.
Buah Cempedak ini tumbuh baik di dataran rendah, tersebar di berbagai pulau Indonesia dan banyak dibudidayakan di pekarangan dan perkebunan.
Sayangnya saya tidak penah menjumpai Buah Cempedak di Pulau Jawa hingga Bali.
Oh ya saya pernah baca informasi, menuliskan buah Cempedak ini tumbuh juga di luar negeri, seperti Malaysia dan Thailand, apakah kalian pernah tahu ?

Rasa Cempedak
Buah cempedak ini bisa dimakan langsung atau diolah menjadi gorengan, rasanya manis, daging buahnya bulat-bulat dan banyak, berwarna kuning lembut seperti mentega, bertekstur basah dan sedikit lengket, mirip dengan durian.
Cara membuat Gorengan buah Cempedak ini juga cukup mudah :
- Buah cempedak yang sudah matang dibelah dan diambil isinya beserta bijinya
- Setelah diambil, campur isi cempedak dengan tepung terigu dan tepung beras
- Jangan lupa beri garam secukupnya dan air sampai kekentalannya cukup
- Aduk semua seperti membuat pisang goreng
- Tinggal goreng
Hasil dari gorengan ini enak banget plus kenyang, karena kalian bisa sekalian makan daging buahnya yang gurih manis dan sekaligus bisa mengunyah bijinya, empuk dan lembut. Apalagi kalau dimakan hangat sebagai teman minum teh, Yumm!.
Biji buah Cempedak ini lebih kecil dari biji Buah Nangka, mungkin kalian ada yang pernah mencoba merebus biji buah Nangka?.
Kalau orang Jawa bilang beton, nah sama seperti cempedak biji cempedak kalau dimasak rasanya kaya beton nangka .
Karena itulah, mencium aroma Cempedak, apalagi Cempedak goreng yang wanginya semerbak keluar dari rumah-rumah warga di sepanjang jalan Balikpapan, bagai nostalgia bagi saya pribadi, gak pernah ada loh di sini -Jawa.
Uniknya Cempedak ini gak hanya daging buahnya saja yang bisa diolah, bijinya hingga kulitnya pun bisa dimakan.
Kulit Cempedak juga bisa dimakan, kata orang Banjar kulit Cempedak ini bisa dijadikan lauk atau camilan, mereka menyebutnya Mandai / Manday
Kulit cempedak bisa dimakan ??
Awalnya saya juga heran seumur umur yang saya tahu cempedak yang dimakan ya buahnya, ini kok bisa kulitnya.

Menurut tante saya yang tinggal di Samarinda, kulit cempedak ini banyak dijual dalam bentuk kupasan di sekitar rumahnya.
Kalau mau buat sendiri, juga bisa dan sangat sederhana caranya.
Cara membuat kulit cempedak goreng :
- Kulit cempedak yang sudah dibersihkan lalu dipotong-potong.
- Dicuci bersih lalu direndam dengan air garam selama beberapa menit, sampai kira kira meresap, biasanya kulitnya akan semakin melunak.
- Setelah direndam, kulit Cempedak dicuci lagi dengan air bersih lalau ditiriskan.
- setelah itu bisa langsung digoreng hingga kecoklatan, bisa dengan tepung atau ditumis, dicampur dengan sayuran lainnya juga enak.
Kalau saya kemarin, nyobain kulit Cempedak yang digoreng, rasanya mengingatkan saya dengan gorengan Sukun. walau citarasanya tidak ‘setebal’ Sukun.
Kalau digambarkan kira-kira teksturnya mirip umbi-umbian, rasanya gurih, renyah dan cukup mengenyangkan apalagi ditambah dengan cocolan sambal terasi dan nasi hangat.
Sayangnya saya gak ada photo bentukan jadi mandai ini, keburu masuk perut, mohon maap ya pembaca.
Buah Elai
Nah, ini nih yakin deh gak ada buah ini selain di Kalimantan Timur, kalau paman saya bilang ini durian hutan.
Elai atau ada yang menyebutnya Lai ini merupakan buah lokal yang berasal dari Kutai Kartanegara.

Durio Kutejensis, adalah nama latin dari Elai . Memang sih sekilas buah ini mirip dengan Durian, berkulit keras dan berduri tajam, namun perbedaannya adalah aroma Elai tidak ‘tajam menyengat’ seperti Durian, nyante aja gitu aromanya.
Tampak luar memang serupa, tapi ketika sudah memegangnya dan mulai membelahnya, perbedaanya mulainya terlihat nyata.
Apalagi kalau sudah masuk mulut dan mulai mengunyahnya. Daging buahnya bewarna oranye beda banget dengan daging Duren yang bewarna putih kekuningan, tekstur daging buahnya pun sangat berbeda.
Kalau Duren tekstur daging buahnya basah dan lembut, kalau Elai tekstur daging buahnya tidak selembut Duren. Daging buah Elai agak kasar dan kering, dan rata rata ukuran Buah Elai lebih kecil dari Buah Duren, beratnya sekitar 1kg – 2kg, rasa manisnya juga biasa, gak tajam seperti Durian
Kalau saya tidak terlalu banyak makan untuk Buah Elai ini, kalau pak suami sebagai penyuka Buah Duren, suka sekali dengan Elai ini.
Dan sepengetahuan saya hingga saat ini, Elai hanya bisa dikonsumsi secara langsung, tidak seperti Cempedak yang bisa dimakan dari daging sampai kulitnya atau diolah menjadi gorengan atau lauk.
Mungkin ada yang pernah mencoba Buah elai dijadikan lauk atau gorengan ?
Kalau lagi musimnya, biasanya awal tahun dan akhir tahun Buah elai ini banyak banget dijajakan di pinggiran jalan, harga pun bervariasi sekitar Rp.10.000 – Rp.25.000
Buat kalian yang ingin merasakan sensasi rasa olahan Buah Cempedak dan rasa Buah Elai , silahkan berkunjung ke Kalimantan Timur ya.
Salam ( ^_^)>
Waaah aku belum pernah makan buah elai. Kalau pas kesana pas enggak musim. Sedih… Padahal kata mertuaku bulan desember kemarin lagi murah2nya buah hutan. Huhuhu
wah nda usah sedih mba, pasti nanti ada kesempatan mencicipi buah lai ini hehehe..