Sudah beberapa bulan terakhir ini Emil anak kami berpolah tingkah unik, semua kegiatan yang kami lakukan harus diulang dari awal, karena tidak ada keikut sertaan dia di sana.
Seperti kejadian kemarin.
Hari masih pagi, pintu, jendela dan tirai saya buka, Emil ( 3 th ) yang saya tengok setengah jam lalu masih terlelap diantara tumpukan bantal dan gulingnya tiba-tiba bangun, membuka pintu kamar secara cepat.
Dengan wajah bersungut-sungut,ia lari ke depan pintu, menutup pintu ruang tamu yang tadi saya buka dan menarik kembali ke dalam keset yang barusan saya keluarkan, ia kemudian mengulang semua kegiatan yang saya lakukan, membuka pintu yang dia tutup tadi, kemudian mengeluarkan keset yang dia tarik ke dalam.
Baca juga : Apakah anakku speech delay
Selesai, ia pun menyandarkan badannya di sofa, dengan wajah mewek dan kesal, ingin menangis.
Saya hanya melirik saja dari balik laptop yang menyala, setelah dirasa cukup aman sayapun beranjak untuk menggendongnya dan menawarkan selembar roti dan segelas susu.
” mau ” mulai sedikit reda lah sedihnya.
Itu masih satu cerita saja, masih ada lagi.
Kegiatan Yang Minta Diulang
Mumpung hari masih pagi dan warung masih lengkap sayurannya, saya memutuskan untuk pergi sendirian saja, tanpa mengajak Emil yang terlelap di atas sofa, ia mendadak pindah tidur, lepas subuh tadi.
Dengan mengendap-endap saya pun lolos meluncur ke warung untuk berbelanja sayuran dan lauk, selesai berbelanja saya pun pulang, dengan menenteng tas belajaan berisi sayur dan bahan-bahan dapur di tangan kiri dan kanan.
Dengan perlahan saya buka pagar kemudian masuk melalui pintu rumah yang sengaja tidak dikunci.
Dengan hati riang saya membatin ” ah berhasil..! ” otak saya penuh dengan rencana-rencana pekerjaan yang harus segera diselesaikan, sebelum dia terbangun.
DEG !
Persis seperti remaja yang ketangkap pulang malam, gerakan saya yang mengendap-endap tertangkap telak mata Emil yang mungkin sudah bangun beberapa menit yang lalu.
dia diam saja menatap saya.
Beberapa detik kemudian keluarlah rengekan, meminta saya kembali ke warung dan berbelanja, segala negosiasi dan penjelasan ditolaknya, dia hanya ingin kegiatan yang sudah saya lakukan dari awal diulang kembali, dia harus ikut serta, harus!
Padahal saya ingin segera mengeksekusi hasil belanjaan di dapur, heuh.. gagal maning!
Keesokan harinya..
Saya pun mengatur sedikit cara, setiap akan melakukan sesuatu, saya berusaha menunggu Emil bangun atau menawarinya langsung, ingin ikut atau tidak.
Awalnya berjalan dengan cukup baik, namun makin lama merepotkan juga, apalagi kalau ada pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
” Maaaaaa..emil bisa masak beras sendiri ” padahal rice cooker sudah dipindah ke tombol masak, parahnya ia minta pekerjaan tersebut diulang.
Masa iya semua pekerjaan harus diulang dari awal, masa iya pintu dan jendela rumah harus tertutup, menunggu tuan kecil ini bangun dan membiarkan dia membuka pintu dan jendela rumah sendiri.
Pernah suatu ketika tawaran yang saya berikan kepadanya ditolak, namun ditengah jalan Emil berubah pikiran dan ingin mengulang semuanya dari awal.
Akhirnya Pak Suami Angkat Bicara
“ Jangan terlalu dituruti kalau anak meminta sesuatu, jadi kebiasaan nanti dan dijadikan senjata andalan, memang anak akan langsung diam, suasana tenang tapi kedepannya nanti kita yang makin kerepotan “
Menurut pak suami, kita memang harus mengalah dengan anak tapi juga jangan kalah dengan anak, anak juga harus mulai bisa belajar komitmen dan berani mengambil konsekuensi yang diambilnya.
Ya atau tidak, pilih salah satu, bukan keduanya dan terima konsekuensinya.
Cara Yang Bisa Saya Lakukan.
- Memberikan Emil pilihan, ” ya atau tidak” dan harus terima segala akibat dan terima konsekuensinya, tidak ada pengulangan tindakan.
- Saya selalu memintanya mengambil sesuatu atau mengajaknya melakukan pekerjaan rumah sederhana, yang penting Emil merasa ikut andil di dalamnya.
- Jika kembali ‘kumat’ rewelnya, maka saya akan diam dan membiarkan Emil nangis sampai lelah, setelah itu kami ajak bicara, tentunya sambil memberikan selembar roti / biskuit dan segelas susu atau teh hangat.
- Saya tidak langsung mengabulkan permintaan Emil ketika meminta saya untuk mengulang suatu kegiatan yang sama, kecuali kegiatan yang masih saya anggap sederhana dan masih bisa dilakukan tanpa membuat pekerjaan lainnya terhambat, Lebih dari itu, tidak ada pengulangan.
Sampai tulisan ini saya tulis, Emil masih bertingkah unik, entah sampai kapan dan saya masih melakukan cara yang saya sebutkan di atas.
Tidak terima jika semua pekerjaan bukan dia yang melakukan, semua harus diulang.
” Emil bisa…bisa…uhhhgh..”
“Jendelanya tutup aja Emil mau buka sendiri..huhuhuhu “
Apakah kalian mempunyai pengalaman yang sama dengan saya atau punya cara lain serta pendapat terhadap permasalahan yang saya ceritakan di atas ?
Saya ingin tahu, berikan komentar di bawah ya, terimakasih.:)
setuju dengan isi artikel.
Nambah wawasan.
Thank you for sharing
terimakash juga sudah berkunjung kemari mba 🙂
Emil pinter mba, udah bisa mengungkapkan maunya 🙂 Sehat2 terus yaa Emil 🙂
Amiin trimakasih mba yoana 🙂
Wkwkwkw.. Jadi ngakak baca ini.
Jadi ingat waktu si sulung masih kecil, ampun deh bikin kerjaan ketunda mulu.
Cuman emang saya lebih tega, dengan sounding di awal, misal mau ngerjakan apa trus biasanya dia ingin ikut, saya bilangin, kalau mau ikut mami masak, kakak harus bangun jam segini, dan harus cepat, kalau enggak ditinggal hehehe.
Nah, pernah seperti itu tapi mungkin sounding saya yg kurang mba rey, karena pada akhirnya anakku ‘hooh’ di bibir, lain di prakteknya..:))
Terima kasih ilmunya mbak.. Karena belum berkeluarga, saya nyari ilmu parenthingnya dulu.. hihi.. By the way .. saya suka dengan blog mbak Mega.. so cleaaan ❤️❤️❤️❤️
hai mba ewa trims sudah bw kemari..hehe 🙂
Sama banget, anak saya waktu seumuran Emil begitu juga mba. Misalnya kalo diam2 ke minimarket dekat rumah pas dia lagi tidur, pas bangun liat plastik belanjaan pasti langsung mewek knp dia gak diajak :))
Syukurnya bisa diatasi dengan oleh2 sekotak susu Ul*** hahaha.
Salam kenal ya mba Mega.
Ya ampunn..kok sama sih, tapi kadang anakku kekeuh dan perlu kerja keras untuk mbujuk..hiks..angin anginan.
trims sdh berkunjung, salam kenal jg mb 🙂
Duh lucu ya Emil😂 jangankan 3 THN mbak, anak saya yg SDH 8 THN aja masih terus saya sounding bahwa setiap keputusan dan pilihan yg diambilnya pasti akan selalu ada konsekwensinya, dan mau TDK mau ya harus ditanggung. Dan kadang ya masih nggak mau milih… Maunya dapat dua2nya😂
waduh repot juga ya mba..:(
sebagai orangtua memang harus pinter-pinter mencari solusi yang bijak ya mak, dalam menghadapi anak. Karena kalo nggak efeknya bisa nggak bagus buat perkembangan mentalnya juga di kemudian hari
iya bunda..:)