Lamat terdengar suara azan subuh berkumandang menembus tirai jendela kamar kami yang tidak seberapa luas, namun cukup hangat untuk kami bertiga beristirahat, Emil anak laki-laki pertama kami yang berusia 3 tahun masih damai meringkuk dalam tidurnya, terlihat tanda mata dari nyamuk lapar, menghias di beberapa bagian tubuhnya yang tidak tertutup kain, semalam.
Sayapun menuangkan minyak anti nyamuk di telapak tangan dan mengusap pelan di kulitnya yang lembut, dengkuran halus dan teratur keluar dari setiap tarikan nafasnya, sesekali tersedak, entah sedang mimpi apa dia sekarang.
Sedikit menahan kantuk, saya pun segera beranjak menuju kamar mandi, membuka keran dan sekejap saja air bening mengalir deras, setiap partikelnya terasa segar masuk hingga ke pori, serasa seluruh nyawa terkumpul kembali.
Kami pun merendahkan kepala di atas sajadah, berkeluh kesah dan bersyukur kepada sang pencipta, meluruhkan racun-racun di hati, mendekatkan diri pada ilahi.
Selesai menunaikan sholat, pak suami melangkahkan kaki menuju dapur, menjerang air dan membuat segelas teh tawar untuknya dan segelas madu hangat untuk saya yang sedang mengalami sedikit radang, pagi itu.
Lampu teras saya matikan, jendela dan pintu ruang tamu saya buka lebar, seketika saja hembusan hawa pagi yang dingin bercampur wangi tanah menerpa masuk memenuhi seluruh sudut ruang, rumah kami yang sederhana.
LIngkungan di sini masih cukup asri, sedikit keluar dari perumahan, hamparan sawah hijau membentang, bila langit cerah, tanah tinggi Gunung Penanggungan, cukup jelas terlihat dari kejauhan.
Selesai membuat minuman hangat, ia pun duduk di depan meja kerjanya, menyalakan laptop menyelesaikan pekerjaan dari klien jarak jauhnya.
Sedangkan saya, melanjutkan aktivitas seperti biasa, mengecek notifikasi toko online di handphone, membalas pesan yang masuk, membuka laptop lalu menyalakannya, hari inl saya berniat mengikuti kontes blog yang sudah lama tidak saya coba, sambil menunggu laptop menyala, saya mencatat serta menyisihkan produk yang akan saya kemas dan kirim siang nanti.
Selesai menyisihkan barang pesanan, saya menuju dapur, membersihkan piring kotor sisa semalam dan membereskan pakaian kotor dalam keranjang, mengeluarkan telur dari kulkas, sayur serta bumbu untuk bahan membuat sarapan dan makan siang.
Semua saya kerjakan dengan segera, berusaha tanpa menimbulkan suara, karena saya tidak ingin Emil terbangun dari tidurnya, yah paling tidak sampai separuh pekerjaan rumah terselesaikan.
Kegiatan sederhana setiap pagi, yang hampir 3 tahun lamanya kami lakukan setiap hari, sejak memutuskan untuk resign dari kerja kantoran, berhenti berjibaku dengan polusi serta waktu, pergi ke luar pulau untuk merantau dan memilih untuk hidup mandiri membesarkan anak kami, sendiri.
Sejak menjadi ibu rumah tangga, pekerjaan multitasking seperti ini menjadi suatu hal yang biasa, walau terkadang sempat bikin riweuh juga, ketika dalam satu waktu memaksa meminta perhatian yang sama.
Satu sisi customer minta order cepat, satu sisi lagi anak minta bergelayut manja, sekedar bertanya suatu hal yang sangat penting menurutnya dan sisi lainnya lagi perut lapar melanda, namun ternyata rice cooker belum dipindah ke tombol masak.
Kalau sudah begitu, jalan keluarnya adalah sabar.
Sesekali saya berhenti, meraih gelas kemudian menyesapnya, segelas madu hangat cukup menenangkan hati dan tenggorokan saya pagi ini
“ madu hangat ku ini lebih asik kalau ada irisan lemon ya, pas banget “
“ iya, pohon lemon kita gak ada muncul tanda-tanda akan berbuah, mungkin belum “ jawab pak suami sambil masih tetap menatap layar laptopnya.
Saya melemparkan pandangan ke halaman rumah, di sana terdapat sebuah pohon lemon yang kami beli dalam bentuk tunas dari kios bunga pinggir jalan, pohon Lemon ini sudah hampir setahun kami tanam, pohonnya makin tinggi, daunnya makin banyak, namun tanda-tanda akan berbuah pun belum tampak, malahan, ulat daun makin gemuk, berpesta membuat lubang-lubang kecil di daun lemon kami.
Hal tersebut membuat kegiatan suami bertambah, selain membantu membersihkan halaman, ia juga berburu ulat daun, isengnya ia selalu memperlihatkan hasil tangkapannya yang menggeliat pasrah, pak suami menyakinkan, ulat ini tak mengapa jika dipegang, tak akan membuat pingsan apalagi mengeluarkan racun yang mematikan
Iya, tapi membuat saya bergidik geli, lalu memilih berlari, sedangkan Emil hanya nyengir saja, sampai menyipit kedua matanya, senanglah hatinya.
Bukan tanpa alasan kami menanam Lemon tersebut, selain warna kulitnya yang kuning segar bisa makin mempercantik pekarangan rumah, kami juga ingin mendapat manfaat dari buahnya yang kaya vitamin C serta asam sitrat ini.
Namun karena tak kunjung berbuah, suatu waktu pernah terlintas ide untuk mencampurkan beberapa lembar daunnya kedalam teh, saya pun mencari informasi tentang ini , ternyata daun lemon ini pun bisa juga berkhasiat, diantaranya adalah sebagai pencegahan aktivitas multiplikasi sel kanker.
Ini namanya tak ada buah, daunnya pun jadi.
Terlepas dari benar atau tidak, yang jelas air teh di dalam gelas saya ketika itu menghasilkan rasa yang unik, sepat sedikit pahit bercampur dengan aroma segar lemon dan sedikit manis dari air teh, cukup segar namun tidak cukup sedap jika dicampur ke dalam masakan.
Percayalah, saya sudah mencobanya.
Walaupun begitu kami masih sabar menunggu, Pohon Lemon kami berbuah, sehingga tercapai keinginan kami untuk bisa mengiris lemon hasil tanam sendiri setiap hari atau sekedar berbagi kepada tetangga yang memerlukan.
” salah satu cara untuk bahagia itu ya memberi, lihat tetangga happy, kita juga happy, janganlah saling iri, bisa sakit jiwa raga kita nanti ” begitulah kata pak suami.
Itu juga menjadi alasan, kenapa Pohon Lemon, kami tanam di luar pagar, jikalau nanti berbuah, siapa saja bisa memetik dan merasakan manfaat buahnya.
“ aah..apa perlu tambahan pupuk lagi “
“ ya..nanti kita cari, sekalian jalan-jalan “
” Oke ! ”
We need to be happy, before we can make other people happy
” maaak..banunnn..” kalau sudah terdengar panggilan kecil seperti ini, dari dalam kamar, otomatis sejenak pekerjaan rumah terhenti, karena tuan kecil ini butuh perhatian lebih.
” yuk bangun, kita jalan lihat sawah ”
” ituut..maak ”
Ibu rumah tangga juga perlu refreshing juga kan, agar pikiran rileks, happy, gak gampang stress akibat penat.
Singkatnya, apakah kegiatan kami yang lebih banyak di rumah, jarang terpapar polusi dan hiruk pikuknya kota, membuat kami bebas dari toxic?
Toxic atau toksin, adalah racun yang dihasilkan dari berbagai proses yang bisa membahayakan tubuh manusia jika dibiarkan terus menerus masuk dan menumpuk, nyatanya toksin terdapat di mana-mana tidak hanya pada polusi asap kendaraan atau pabrik saja.
Toksin yang sifatnya tidak bisa dirasa, dilihat, diraba apa lagi dibaui, bisa bersembunyi pada produk-produk yang kami konsumsi, hirup dan kami gunakan setiap hari, termasuk kosmetik, bahkan stress juga bisa memicu toksin hormonal.
Nah, kalau bicara tentang toxic atau toksin, tubuh kita memang dianugerahi untuk bisa secara alami melakukan perlindungan dan membuang zat yang tidak bermanfaat ini, namun tubuh juga punya batasan, jika toksin makin menumpuk, Liver sebagai penetrallisir racun bisa jadi kewalahan.
Walaupun cenderung tidak bisa dirasa dan bercampur bebas di udara, faktanya toksin bisa berdampak serius bagi tubuh, apalagi jika dibarengi dengan gaya hidup tidak sehat, kecenderungan penyakit seperti kanker, obesitas, migrain , merasa cepat letih / tidak fit bisa saja dengan mudah menghampiri, hidup menjadi tidak asik kan.
Jujur saja, kami sendiri pun tidak bisa menghindarinya, yang bisa kami lakukan adalah menangkalnya, seperti :
- Tidak menggunakan MSG dan pewarna buatan di setiap makanan yang saya buat, sebisa mungkin saya menggunakan bahan-bahan penyedap alami seperti rempah dan kaldu daging.
- Selalu mengkonsumsi makanan sehat dan berserat seperti sayur dan buah serta mengurangi jajanan luar seperti gorengan. Hampir setiap hari saya selalu memasukan salah satu jenis sayur seperti Kubis, Brokoli dan Kembang kol, entah itu untuk lalapan atau dibuat sop, jenis sayuran ini dipercaya membantu kerja liver untuk melakukan detoks, selain itu juga mudah didapat dan murah.
- Melakukan olahraga ringan, karena saya termasuk jarang keluar rumah, mengikuti kegiatan seperti senam di lingkungan warga juga bisa sebagai tempat bersosialisasi serta membentuk pikiran untuk selalu positif, selain itu olahraga ringan dan terjangkau yang bisa saya lakukan ( 2-3 kali dalam seminggu ) adalah berjalan kaki menuju pasar setiap pagi, cukup lumayan berkeringat dengan jarak tempuh sekitar 1 km, pulang pergi.
- Mengurangi minum obat obatan / suplemen.
- Mengurangi makanan olahan berpengawet, seperti mie instan, frozen food dan junk food, dalam delapan bulan ini kami hampir tidak pernah mengkonsumsi makanan jenis ini, khususnya frozen food, minuman bersoda dan junk food.
- Hindari rokok, syukur pak suami tidak merokok dan lingkungan rumah pun hampir tidak pernah tercium bau rokok.
- Minum cukup cairan seperti minum air putih dan NATSBEE Honey Lemon
Saya lanjutkan ceritanya ya, kenapa Natsbee Honey Lemon ini istimewa,
Sesuai rencana, menjelang siang kemudi motor dibelokan pak suami masuk ke arah kota, seketika kami diserang macetnya jalan raya dan kepulan debu bercampur gas karbondioksida.
Motor kami parkirkan di minimarket untuk membeli sebotol minuman dingin, Natsbee Honey Lemon jadi pilihan, tak lupa kami juga mengambil uang di salah satu anjungan tunai terdekat. Karena kios bunga tidak jauh dari tempat kami parkir, akhirnya kami teruskan dengan berjalan kaki.
Gedung dan ruko terlihat berderet-deret, kendaraan roda dua hingga delapan, berlalu lalang, menderu-deru seakan berlomba dengan waktu, di antara kaki-kaki kami yang melangkah lambat, lambat karena asik melihat-lihat deretan kembang dan rimbunnya tanaman hias yang dijajakan di pinggiran jalan.
Hari makin terik, kepala mulai panas akibat sengatan matahari, cahayanya membuat mata kami memicing, sejurus kemudian kerongkongan kami terasa kering.
Minuman ini, aroma dan warna cairannya terlihat biasa, seperti aroma alami perasan lemon segar dan madu asli pada umumnya – glek – seteguk kesegaran Natsbee Honey Lemon berhasil mengusir rasa haus dan penat hari ini, rasa dingin dan segarnya sekejap meluncur membasahi lidah hingga tenggorokan – nyess – terasa sejuk di kerongkongan, perut nyaman, pikiran tenang.
WOAAAHH..!!
ini minuman kemasan tersegar dan terlezat yang pernah saya coba, Serius !
Perpaduan dua bahan alaminya imbang, rasa manis dari madunya sungguh elegan, disusul rasa asam dari sari lemon yang pas dan gak berlebihan, isi kandungannya menyehatkan, tidak ada kandungan lemak gula pun rendah, cocok banget untuk yang sedang menjaga berat badan dan hidup sehat.
Minuman ini bikin saya ingin menegak terus hingga tuntas, kalau saja tidak melihat pak suami ingin meminumnya juga.
Ooh, untungnya saya membawa dan memilih minuman madu lemon ini.
Asik Tanpa Toxic
Tahu tidak, Walaupun keadaan lingkungan yang penuh dengan radikal bebas ini tidak bisa dihindari, namun alam menyediakan bahan alami berkhasiat untuk membantu tubuh agar maksimal menetralisir racun, kalau kita cari di jagat maya, banyak sekali ulasan mengenai minuman yang membantu membersihkan toxic/toksin dalam tubuh.
Salah satunya adalah madu dan lemon.
Sudah banyak khasiat yang diceritakan tentang cairan manis dan asam, pemberian dari alam ini, mulai dari manfaat untuk kesehatan hingga kecantikan, jadi tak perlu diragukan lagi kan.
Natsbee Honey Lemon menjadi minuman detoks tanpa pengawet dan pewarna buatan, yang mudah dibawa kemana-mana, praktis, karena gak perlu repot meracik untuk menciptakan segelas minuman sehat, ini bisa jadi solusi buat kalian yang hampir tidak punya waktu, tenggelam dalam rutinitas dan penatnya aktivitas.
Jadi siapapun dirimu, apapun profesimu, Natsbee Honey Lemon jadi pilihan mudah, murah dan hemat untuk bersihkan hari aktifmu, tentunya dengan dibarengi gaya hidup yang sehat ya.
Jadi gak ada alasan lagi kan, untuk tetap sehat menjalani hari dengan selalu tampil segar dan tetap #asiktanpatoxic
Stay positive, jangan lupa bersyukur dan minum Natsbee Lemon and Honey.
Referensi :
Photo : Koleksi pribadi, freepik.
Grafis diolah sendiri oleh penulis, dengan materi grafis dari web kompetisi blog Natsbee dan Instagram Pokka
Wah, ibu rumah tangga yang hebat dan aktif ini.
hahaha..ALHAMDULILAH..terimakasih..:)