Cinta Rupiah Dalam Transaksi Ekonomi Sehari Hari

Salah satu kegiatan ibu rumah tangga seperti saya, setiap pagi biasanya adalah berbelanja ke pasar, hari ini saya keluar rumah dengan jalan sedikit mengendap endap, agar Emil tidak terbangun, merengek lalu minta ikut kepasar, sebetulnya tidak masalah si anak ikutan kepasar,  sekalian dia belajar dan mengenal lingkungan pasar dengan segala transaksi ekonomi di dalamnya, tapi untuk kali ini rencana saya adalah pergi kepasar sendirian saja.

Baru saja melangkah hendak keluar rumah,  telapak kaki saya tanpa sengaja menempel sekeping koin, sehingga menimbulkan bunyi tak..tak..tak..di lantai ubin.

Haaaa..ternyata hanya sisa kepingan koin yang tidak terpakai ketika bermain odong odong di mall kemarin.

Untung saja bukan logam rupiah nak, kalo iya, kaki ibu ini sudah menginjak lambang negara Indonesia, Burung Garuda.

Sejenak saya berpikir, kenapa lambang  Garuda, wajah para pahlawan serta gambar pesona alam dan budaya Indonesia selalu ada di setiap mata uang rupiah, padahal Rupiah sangat rentan diletakan di sembarang tempat.

Saya rasa, semua itu bermaksud agar kita selalu ingat dan sadar bahwa menjaga kedaulatan bangsa, menghargai segala perjuangan para pahlawan dan mencintai negeri yang kaya akan keragaman seni budaya dan keindahan alamnya tidak perlu dengan mengangkat senjata, cukup semua itu bisa dilakukan setiap hari di kehidupan kita,  salah satunya adalah dengan cinta rupiah.

Saya jadi ingat akan krisis ekonomi yang dulu pernah melanda Indonesia, banyak segelintir masyarakat yang menyimpan mata uang asing seperti dolar dengan alasan investasi, padahal mereka sebetulnya menunggu saat saat rupiah terpuruk, sehingga mereka bisa meraup banyak untung di dalamnya.

Tidak etis ya rasanya, ibarat seperti menari di atas penderitaan orang lain. Mungkin itulah salah satu gagasan terciptanya lagu Cinta Rupiah yang cukup terkenal di era 90-an, sebagai ajakan agar seluruh anak bangsa mau dan bangga menggunakan rupiah sebagai alat tukar yang sah dan dapat mempersatukan bangsa yang ber Bhineka.

Baru saja saya menutup pintu,  lewatlah tukang odong odong dengan santainya mengayuh roda kereta, seiring suara centil Cindy Cenora bernyanyi lagu Cinta Rupiah, terdengar cukup kencang dari speaker mono miliknya.

Aku cinta rupiah Biar dolar dimana-mana
Aku suka rupiah, karena aku anak Indonesia
Mau beli baju, pakai rupiah
Jajannya juga, pakai rupiah

“ Maaaaaaaa..ituuutt “ teriak Emil dari dalam kamar.

“ aah melek kan jadinya si Emil!.. iyaaa..ayok ikut ke pasar, cuci muka dulu ya “ saya pun kembali masuk kedalam kamar dan menggendong Emil anak saya yang saat ini berusia 2,5 tahun.

Menghargai Pembeli dan Pedagang di Pasar

Salah satu penemuan luar biasa dalam bidang ekonomi yang sangat berpengaruh dalam sistem kehidupan manusia hingga saat ini, adalah uang sebagai alat tukar menggantikan sistem barter.

“ Bu maaf ini uangnya, saya minta tukar yang utuh ya “ kata ibu penjual sayur sambil tersenyum dan menyerahkan kembali selembar uang 2000 Rupiah yang sudah terkulai dan hampir tidak terlihat warna aslinya, ke salah satu pembeli di kios sayurnya.

Setelah pembeli itu berlalu, ibu pedagang sayur itu pun bercerita, kalau dia tidak mau menerima uang yang lecek, kumel dan stikeran, stikeran di sini maksudnya adalah uang tersebut sudah dalam kondisi robek dan di rekatkan dengan solasi.

“ saya itu bukannya gaya, mau uang baru dan mulus terus, saya ini kan dagang, setiap rupiah  yang masuk ke warung saya, ya saya harus hargai, saya juga gak mau ngasih kembalian ke pembeli terus saya pakai uang lecek begitu, sama saja saya gak menghargai pembeli saya mbak “

Saya jadi teringat, dulu jaman masih sekolah putih abu abu,  di dalam dompet saya, tak jarang saya temukan tulisan, entah itu curhatan, nomor telepon mantan atau coretan hasil karya kreatif yang berlebihan dan tidak pada tempatnya.

Biasanya coretan tersebut terdapat di lembar rupiah dengan nominal kecil.

HUBUNGI NO INI AKU MENUNGGU

Atau tulisan begini,

TOGEL

Namun saat ini ini rasanya saya sudah hampir tidak pernah melihat hal seperti itu lagi, apa mungkin kecanggihan teknologi dan media sosial ada pengaruhnya ya, sekarang cukup buka medsos untuk sekedar menulis status status galau ataupun nyepam untuk beriklan nomor.

Ah sudahlah..

Mencoret coret uang itu tidak keren, yang keren itu adalah berkarya untuk negeri dan menjaga kedaulatan bangsa.

Setelah selesai berbelanja, saya pun membayar, sebagian menggunakan uang kertas dan sebagian lagi menggunakan uang logam.

Bicara mengenai uang logam, ada satu kalimat yang selalu saya ingat sampai sekarang seperti “jangan sepelekan 100 rupiah, karena sebanyak apapun jumlah uangnya tidak akan jadi sejuta atau semilyar tanpa 100 rupiah” atau “jangan buang buang uang, susah nyarinya”.

Jadi jangan sia sia kan uang ya, khususnya uang logam apalagi gengsi buat memungut uang logam yang jatuh, kan lumayan dikumpulin sapa tau bisa sejuta juta jumlahnya lalu berikan ke yang berhak menerimanya. Rupiah terselamatkan kita dapat pahalanya, banyak kebaikan yang berlipat kan.

“ Buk,  ini uangnya rame semua “ ujar saya sambil menyodorkan 2 lembar 10 ribu rupiah dan 5 keping uang logam 200 rupiah dan 100 rupiah.

Uang rame disini maksudnya adalah uang pecah, yang kalau masuk dompet terasa gemerincing dan banyak.

“ oh gak apa apa mba, Alhamdullilah hari gini agak susah nyari uang pecah, makasih yaa..”

Kalau saya perhatikan setiap uang kertas yang ada di tangannya selalu ia raba sejenak untuk memastikan keasliannya.

Cara membedakan uang asli dan palsu dengan 3D – Dilihat, Diraba dan Ditrawang

Menurut saya, sikap ibu pedagang sayur yang terkesan pilih pilih dan hati hati dalam menerima kondisi fisik uang tersebut ada baiknya, sikap itu dapat menghambat peredaran uang palsu dan uang rupiah yang tidak layak sehingga membuat konsumen atau pembeli lebih mengenal dan menjaga kondisi fisik rupiahnya.

Klik gambar untuk detail – Bank Indonesia

Ada kalimat yang mengatakan seperti ini, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, iya gak sih.

Bagaimana mau cinta, mengenali rupiah asli saja, tidak tau caranya, bagaimana mau sayang jika merawat rupiah saja ogah ogahan dan cenderung menyepelekan.

Padahal kalau diperhatikan, setiap  detil rupiah itu mengandung karya seni dan keindahan, seindah warna warni panorama Indonesia.

Dan tahu gak sih ternyata Rupiah masuk dalam deretan mata uang terindah di dunia, kece banget kan apalagi baru baru ini Bank Indonesia,  Senin (19/12/2016) merilis Rupiah yang terdiri dari 7 uang kertas dan 4 uang logam dengan tingkat pengamanan terbaik di dunia.

Seistimewa itu Rupiah dibuat, masihkan kita meremehkan di setiap lembar nominalnya.

Sebetulnya sederhana saja kok menjaga Rupiah agar tetap bernilai harganya dan membantu menghemat biaya negara dalam mencetak uang, begini caranya :

Pasal 35 UU 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, pengrusakan terhadap uang dapat dipidana dengan pidana denda atau penjara.

Klik gambar untuk detail – Bank Indonesia

Jangan pilih kasih terhadap rupiah ya,  cinta terhadap rupiah harus sama  besarnya berapapun nominal yang tertera di dalamnya.

Dulu entah kapan saya lupa,  saya  sempat pernah ditegur sama salah seorang ibu ibu di pusat perbelanjaan, karena melihat saya memasukan secara asal asalan  lembaran uang kertas ke dalam dompet, sejak saat itu saya merasa malu dan tidak enak kalau memasukan uang secara berjejal di dompet lagi.

“ sakno duite mbak, sampeyan jejel koyok ngunu “ = kasihan uangnya mbak, anda jejal seperti itu

Karena cinta itu dari hati, coba deh pandangi rupiah sebentar saja dengan hati.

Andai saja rupiah bernyawa, mungkin dia bisa saja berteriak dan melompat keluar, tidak tahan dijejal dan diperlakukan seenaknya, ia perlu meluruskan diri sejenak, ia perlu dihargai setiap proses  perjalanan panjangnya melewati udara dan luasnya samudra ribuan kilometer jauhnya, hingga sampai ke tangan kita.

Tips Aman dan Nyaman Menggunakan Rupiah

Rasanya kalau membawa uang tunai berlembar lembar jumlahnya di dompet, jaman sekarang sepertinya sudah gak oke lagi ya, selain tidak praktis juga tidak aman, sehingga masyarakat termasuk saya sendiripun kalau pergi berbelanja di minimarket atau pusat perbelanjaan, lebih suka menggunakan kartu debit, sehingga dompet kita hanya berisi kartu identitas dan barang yang penting saja.

Kalau mager ( males gerak ) tapi harus bayar tagihan ini itu sekarang udah bisa tinggal tap tap tap di Hp atau klak klik di laptop udah deh terbayar semua tagihan.

Mudah, terjamin, aman dari tindak pemalsuan serta kejahatan dan Rupiah tidak perlu berdesak desakan dalam dompet kita kan.

Oh ya, jangan lupa untuk selalu pastikan jumlah saldo di rekening cukup untuk bertransaksi, dengan selalu rutin menabung rupiah di Bank, lebih baik lagi kalau mempunyai kartu debit khusus transaksi ekonomi sehari hari, untuk mencegah pemborosan rupiah.

Namun transaksi kekinian seperti itu belum berlaku di pasar tradisional, sehingga rentan sekali beredarnya uang palsu.

Saya ibu rumah tangga, terkadang ribet harus membawa uang banyak di dalam dompet untuk berbelanja sehari hari khususnya di pasar tadisional, jadi daripada  membawa uang berlembar lembar jumlahnya dan menjaga terhindar dari tindak kejahatan, jambret misalnya, maka untuk lebih amannya saya membawa uang seperlunya saja, itulah gunanya daftar belanja agar bisa memperkirakan dan menghindari penggunaan uang yang berlebihan, akibat kalap lihat daster unyu atau panci mengkilat di pasar.

Setelah sampai rumah ada baiknya uang dimasukan lagi kedalam dompet dengan ukuran yang sesuai, kalau saya uang kembalian dari pasar biasanya saya ratakan lalu saya selipkan di dalam buku catatan keuangan.

Kalaupun ada uang lusuh dan  Uang Tidak Layak Edar ( UTLE ) bisa kok kita tukarkan dengan Uang Layak Edar ( ULE ) di Pelayanan Kas Keliling Bank Indonesia atau Bank Umum yang melayani penukaran, tentunya dengan ketentuan yang berlaku.

Klik gambar untuk detail – Bank Indonesia

 

Mengajari Anak Sejak Dini Mencintai Rupiah

Pertama kali Emil mengenal uang, ketika ia berhasil meraih dompet yang saya letakkan di atas meja, tanpa sengetahuan saya uang dalam dompet ia  hambur hamburkan di lantai dan dibuat mainan, termasuk kartu kartu penting di dalamnya..

Dari situlah saya pelan pelan mulai kenalkan Emil untuk menghargai uang. Saya selalu bilang bahwa uang itu bukan mainan dan uang itu bisa buat beli makanan  / barang  kesukaan Emil.

“ Emil uangnya disimpan ya kasihkan ibu, itu bukan mainan Emil, kalau uangnya rusak robek ibu gak bisa beli jeli gak bisa beli susu “ saya selalu mengatakan itu terus menerus ke Emil anak saya yang berusia 2,5 tahun.

“ uwang buwat beii jeii..buwat buwii cuscu“ kata kata yang selalu di ulang ulang Emil,  sehingga ketika ia menemukan dompet saya dan terdapat uang kertas serta logam  di dalamnya, uang tersebut ia keluarkan , lalu ia serahkan ke saya untuk disimpan agar bisa dibelikan makanan kesukaannya.

Cinta Rupiah

Mencintai rupiah menurut saya bisa ditanamkan pada anak sejak usia dini, libatkan anak dalam setiap transaksi ekonomi sehari hari, seperti membayar dengan rupiah barang kesukaanya melalui tangannyanya sendiri.

Walaupun anak anak terutama balita belum paham mengenai konsep cinta itu seperti apa, namun kita sebagai orang tua dapat mengajarkan secara sederhana kepada anak untuk bersikap menghargai uang terutama Rupiah yang merupakan bagian dari kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Percayalah, anak anak itu daya serapnya tinggi dan peniru ulung, apa yang kita katakan dan kita lakukan selalu ditiru, yang penting adalah kita selalu beri pengertian dan contoh baik secara terus menerus dan jangan lupa untuk selalu beri apresiasi seperti mengucapkan terimakasih atau pujian setiap anak bersikap baik.

Sesuatu yang besar selalu dimulai dari sesuatu yang kecil, sama halnya mengajarkan anak untuk menghargai bangsa, menghormati jasa pahlawannya dan mencintai Rupiahnya, semua tidak bisa serta merta, semua dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.

Seberapa besar usaha kita menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia ? yuk sejak dini membiasakan diri mencintai Rupiah secara sederhana, karena kita Indonesia.

“Setiap lembar rupiah bukti kemandirian Indonesia, kemandirian di tengah ekonomi dunia,”  – Presiden Joko Widodo

Foto & Grafis diolah sendiri oleh penulis dari sumber :

  1. Bank Indonesia
  2. Freepik
  3. Pribadi

 

Sharing is caring!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *