Cara Random Mamak Ratu Tega – Menyapih Siang Hari  

 

Cerita sebelumnya : Menuju Proses Menyapih

Beberapa hari saya berhasil membuat Emil tidak menyusu di siang hari, saat itu 2 bulan menjelang umur Emil 2 tahun, saya dan pak suami selalu sibukkan ia dengan bermain dan makan cemilan sampai lelah dan tertidur karena kecapaian. Terkadang saya juga menghilang dari pandangan Emil, sembunyi di balik tumpukan baju kering yang belum dilipat, sementara Emil sibuk bermain sama bapaknya sampai lelah, pokoknya jangan sampai Emil lihat dan ingat kalau dia belum menyusu ke induknya.

Namun itu tidak berlangsung lama , perkiraan saya meleset, sehingga saya harus bermain drama dan menyodorkan PD saya lagi. Saat itu Semua teori menyapih yang saya pernah saya baca di grup dan media online saya kesampingkan sejenak. Yang ada dalam pikiran saya saat itu “Emil sudah saat nya disapih, HARUS!!”

Beberapa menit saya biarkan ia menempel sejenak, lalu secara pelan saya lepas dari mulut nya dan langsung saja Emil menangis kencang.

“ kamu kok gak tidur siang sih nak padahal sudah dikasih  kiri dan kanan”

Saya coba ajak komunikasi sambil saya peluk, usap punggung, namun bukannya reda, tangis Emil semakin kencang dan saya pun diamuk, Emil menarik kain baju saya, menenendang paha dan perut saya, namun saya tetap pada pendirian tidak memberikan PD saya.

“kamu loh sudah besar, ASI nya ibuk sudah mulai berkurang, udah gak lagi bermanfaat dikamu nak”

Tangis emil semakin kencang, saya gak ada ide komunikasi yang tepat lagi untuk menenangkan, saya hampir tidak tega, apakah saya harus beri atau tidak? kalau saya beri berarti saya gagal lagi.

Akhirnya saya balik badan memunggungi Emil yang masih menangis dan masih tarik tarik kain baju saya

Saya tetap tak berubah pendirian, saya tutup muka saya dengan bantal, Emil loncat ke punggung, dengan masih menangis, emil coba menarik badan saya agar berbalik ke dia, apa daya usaha nya sia sia, tenaganya untuk menarik saya agar berbalik tak seberapa dengan tenaga saya untuk bertahan tidak berbalik ke arah nya. Saya tetap diam dan tak memandang wajahnya yang penuh tangis.

Namun setelah saya biarkan dia menangis, kurang lebih 10 menit, saya kemudian balik badan dan menatap mata Emil yg sedang terduduk menangis. Dengan sedikit penekanan suara saya berkata.

“Emil kamu sudah besar, ga ada nenen lagi”  seketika Emil diam.

“ingat ya ini nenen yang terakhir setelah itu gak ada lagi, susu ibuk sudah habis, sudah gak ada buat kamu. Tadi ibuk kasih karena berharap kamu tidur lagi, ternyata kamu ga tidur-tidur, ayok sekarang diam, jangan nangis, Emil sudah besar, gak ada nangisan”

Emil hanya menjawab “he em” sambil sesegukan

Alhamdullilah, Emil langsung terdiam tenang, berbaring dan mendekat ke bahu saya, saya lalu peluk badan mungilnya, tangan Emil menggapai bahu saya sambil menepuk nepuk pelan bahu saya, saya balas juga dengan menepuk nepuk punggung Emil.

Emil sudah diam, namun masih sesegukan, saya coba ajak bicara lagi, namun kali ini lebih pelan, tanpa ada penekanan suara.

“ maafin ibuk ya Emil, tadi ibuk cuekin, sini salim dulu ” saya sodorkan tangan saya dan Emil cium tangan serta bibir saya.

“Ibuk sayang Emil”

Pada akhirnya Emil minta hanya dielus punggung dan tertidur tanpa menyusu.

Tidak menyusu pada siang hari akhirnya berhasil saya lakukan namun, permintaan Emil sebagai pengantar tidurnya semakin beraneka ragam, mulai dari elus punggung, mainan, cemilan, youtuban sampai urek kuping.

Lho kok kurek kuping? saya tidak tau apakah ini efek dia keenakan dan nyaman karena dibersihkan telinganya, sehingga keterusan dan membuat saya harus mengurek telinganya sampai dia tertidur. Duh..karena khawatir bahaya saya coba tawarkan alternatif lain elus telinga, namun gagal Emil mau diurek urek.

Karena saya tidak mau dan sudah habis akal, pak suami lagi lagi ambil peran melakukan nego yang pada akhirnya Emil mau hanya dielus bagian luar telinga nya saja kalau sudah bosan lanjut youtuban, mainan , cemilan  atau  cuman menempel kepala dan tangannya di dada saya sampai Emil lelah dan tertidur dengan sendirinya.

Selamat nak kamu hebat.

 

Sharing is caring!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *