Ibu saya selalu cerewet terhadap apa saja yang dirasa kurang sempurna di matanya, walaupun begitu, saya kagum dengan beliau yang sangat detail dengan urusan rumah tangga, salah satunya urusan mengemas barang.
Tanpa Packing List
Walaupun jadwal keberangkatan masih lama, sebut saja 4 minggu sebelum hari H.
Ibu saya sudah mempersiapkan koper atau tas mana yang akan dibawa, biasanya tas-tas tersebut akan beliau cek satu persatu, tas tangan mana yang akan ditenteng dan tas kopor seperti apa yang akan di bawa.
Setelah itu beliau akan membersihkan bagian luar dan dalam tas tersebut.
Walaupun sudah bersih sebenarnya.
Kira-kira begini perkataan beliau ketika melihat saya yang hanya menonton saja kesibukannya mengisi kopor.
- “Barang-barang yang penting masukan di tas tersendiri atau taruh di saku yang gak susah buat ngambilnya!“
- “Baju-baju yang mau dipakai kumpulin jadi satu, biar gak ada yang ketinggalan, nanti dipilih lagi yang mana yang mau dibawa”
- “Handuk taruh di bagian sini, baju ini juga dilebarkan saja biar tertutup rapi dan masih ada tempat”
- “Gembok ini buat tas ini ya”
- “Barangmu sudah siap belum?!”
Sekitar 3 minggu sebelum keberangkatan, tas kopor sudah terisi sebagian baju yang akan dibawa, terus begitu mendekati hari H dan lengkaplah semua bawaan.
Walaupun tanpa packing list, ketika sampai di tempat tujuan, hampir tidak ada cerita barang yang tertinggal.
Berbeda lagi dengan saya dan adik.
Jika ibu saya packing jauh-jauh hari, maka saya ambil tengahnya. Biasanya saya akan packing, sebut saja 2 minggu sebelum keberangkatan, atau mungkin seminggu sebelumnya.
Sedangkan adik saya, dia akan packing 1 hari sebelum keberangkatan atau bahkan malam harinya.
“Aku malas kalau packing itu mbak yu, ibu ini nanyain melulu hampir tiap hari, padahal masih jauh jadwal berangkatku”
Kalau beliau melihat saya atau adik saya begitu santainya dalam hal packing, maka akan keluarlah ‘nyanyian’ seperti ini yang akan kami dengar sampai menjelang hari H.
“Surat-surat dokumen tiket sudah disiapkan?, jangan nyari pas besok mau dibawa!”
“Tas mana yang mau dibawa, siapkan!”
“Baju-bajunya udah dimasukin belum !?“
Seperti itulah, ibu selalu memastikan semua barang anaknya tidak ada yang tertinggal.
Lalu bagaimana dengan cara packing saya?
Cara packing saya, bisa jadi mengkombinasikan semua gaya.
Bisa seperti cara packing ibu dengan kopornya, packing para traveler sejati dengan backpacknya atau bisa jadi saya meniru ilmu packing para pegiat alam dengan carriernya.
-
Membuat Packing list
Sebenarnya, setiap bepergian singkat, saya jarang sekali menuliskan barang-barang yang dibawa dalam sebuah list, mungkin karena perjalanan saya pendek, tidak jauh sampai keluar negeri ataupun mendaki.
Jadi kalaupun ada yang tidak terbawa, tinggal beli saja, yang penting dokumen dan identitas diri tidak tertinggal
Berbeda dengan suami, dia lebih mendaftar barang bawaanya dalam selembar kertas alasannya agar tidak ada yang tertinggal dan meringankan kerja otak.
-
Perhitungan Hari dan Pakaian.
Karena tujuan saya adalah bepergian singkat dan menginap di suatu tempat yang memungkinkan untuk mencuci pakaian, agar ransel cukup muat dan hemat tempat, saya menggunakan perhitungan 3 hari 2 malam, tidak lebih.
Maka baju yang saya bawa di dalam tas berjumlah 3 stel, sudah termasuk pakaian yang dilebihkan 1 hari untuk jaga-jaga.
Hal sedikit berbeda untuk pakaian si kecil yang lebih mini ukurannya, saya lebihkan 2 hari untuk jaga jaga.
Pilih pakaian yang tidak gampang kusut dan ringan, serta berwarna netral, untuk alas kaki saya pakai satu jenis saja, sandal jepit bisa beli di lokasi.
-
Menggulung Pakaian dan Membundel
Untuk ransel yang saya pakai adalah jenis Eiger Backpack Pillars Borneo 30 L, menurut saya tas ini semi keril, saya senang banyak tersedia kantong termasuk kantong untuk laptop.
Minusnya, tas ini tidak tersedia cover penutup, bagian dalam hanya tali serut yang lalu ditutup dengan topi tas yang di kaitkan pada tali, untuk mengunci tas – jenis rucksack
Tapi menurut saya tas ini sudah cukup aman, asal nempel terus dipunggung dan tidak menaruh barang berharga di saku-sakunya.
Tapi kali ini saya tidak memasukan laptop, saya masukan baju-baju saya dan si kecil dengan cara menggulung dan membundle-nya menjadi satu stel termasuk baju dalamnya.
Biar mudah mengambilnya, gak ambyar.
-
Urutan Packing
Karena Backpack Pillars Borneo ini bentuknya memanjang ke atas seperti carrier, saya sedikit menerapkan cara packing para pegiat alam, barang yang tidak terlalu cepat dibutuhkan seperti alas ompol Emil saya letakan paling dasar.
Sedangkan barang yang sedikit berbobot seperti tas kosmetik dan alat mandi saya letakkan di bagian atas
Saya coba urutan dari bagian dasar tas.
- Alas ompol emil
- Pakaian saya pribadi termasuk jilbab
- Pakaian Emil
- Perlengkapan mandi saya dan Emil ( satu sabun cair, pasta gigi dan 2 sikat gigi )
- Tas kosmetik + obat-obatan
- Charger
- Sedikit mengadopsi cara ibu ketika packing dengan kopor agar tumpukan barang terlihat rapi, bagian atas saya tutup benda yang memungkinkan diambil di tengah perjalanan, seperti jaket / sweater / selimut tipis, saya letakkan di atas agar mudah mengambilnya, tidak perlu membongkar hingga dalam tas.
- Bagian atas penutup tas, adalah bagian paling mudah diraih, saya isi dengan minyak telon, topi / kupluk, scraft/saputangan dan kaos kaki cadangan
- Slot depan saya isi dengan pospak dan pembalut, jaga-jaga siapa tahu di perlukan.
- Slot samping bisa untuk botol minuman / camilan
- Jika masih ada ruang kosong, saya selip-selipkan saja beberapa buku / mainan
Satu lagi, kresek atau kantung plastik ukuran kecil dan besar selalu saya bawa, untuk obat-obatan tidak banyak saya bawa.
-
Keseimbangan Tas
Karena tas ini semi keril yang memanjang ke atas dan walaupun tas sudah didesain sedemikian rupa untuk menahan beban barang dan pendistribusian beban di punggung, namun menurut saya belum lengkap jika tidak menerapkan hal yang ini
Keseimbangan yang bagaimana ?
Saya sedikit meniru cara beberapa pegiat alam dalam mengecek kesiapan carriernya, Jika barang telah selesai di packing semua.
- Berdirikan tas tanpa sandaran apapun, kalau tas tersebut jatuh maka bisa jadi ada penempatan barang yang kurang tepat.
- Tas berhasil berdiri tanpa jatuh, coba senggol atau pukul ringan tas, jika gampang terjatuh, silahkan untuk packing ulang jika diperlukan.
Manfaat yang saya rasakan, beban tas yang nempel di punggung terasa lebih terasa ringan, pundak gak cepat pegal, kelihatan bagus aja. :))
Lalu tiba-tiba lewatlah bapak.
“Kalau bapak, pergi-pergi gak usah bawa baju banyak, bawa uang yang banyak aja, beli di sana”
Tapi kembali lagi, dalam hal packing semua orang mempunyai caranya masing-masing. Sebagian berimprovisasi, sebagian lagi menggunakan ilmunya, sebagian lagi meminta tolong orang lain untuk mengemas barang.dan mungkin sebagian lagi cukup membawa uang, semua beres.
Jadi bagaimana dengan cara packingmu ? 🙂
Kalau saya harus pakai list catat di notes handphone. Soalnya saya lupaan banget orangnya. Kalau nggak lupa saat pergi, eh lupanya pas pulang ada aja yang ketinggalan. Btw ranselnya cakep dan terlihat kokoh 😀
Sama seperti suami saya mba, tapi lebih seringnya dia pakai notes kertas heheh..trimakasih sudah kunbal mba 🙂
wah paling sebel kalau pulangnya berlibur packing lagi suak gak cukup krn keabnyakan bawa oleh2
iya mba 🙂
Nggak pernah list barang2 yang mau dibawa sih, soalnya simple2 aja bawanya. Yang penting dompet, dokumen2 penting, hp, charger, kamera selalu diingat2 buat dibawa.
hahaha.. saya juga jarang untk list barang mba klo bepergian, malah mungkin ga pernah, beda sama pak suami