Bissmilah Alhamdulilah , setelah sekian lama pengajaran dilakukan dengan daring ( dari jaringan/online ). Akhirnya bulan September kemarin, sekolah anak saya mulai melakukan sekolah tatap muka,tentunya dengan tetap mengunakan masker ( prokes),
Oiya anak saya saat ini usia 6 tahun dan duduk di kelas TK B. lokasi sekolahnya masih dalam lingkup komplek perumahan, jadi setiap pulang dan pergi dia selalu mengayuh sepedanya sendiri, tanpa saya antar.
Cerita Emil Hari ini di Sekolah.
Setiap pulang dari sekolah, Emil selalu bercerita kejadian dan kegiatan apa saja yang ada di sekolahnya. Kalau dia tidak cerita ya saya yang balik tanya, meminta dia bercerita.
Wait sampai di sini, kok saya rasa tulisan ini kaku yaa..
Ya wes lanjuuut..bukk!
Emil selalu bercerita tentang apapun yang ada di sekolahnya , seperti mati lampu di kelas, dapat bintang karena bisa menjawab pertanyaan, berbagi makanan dengan guru dan kawannya ,.Termasuk jahilnya dia, seperti mengambil pensil kawannyapun dia cerita.
“ kamu mukul gak ?!”
“ tidak” –terkadang ya begitu, suka menjawab dengan kalimat baku
Sampai suatu hari dia sering bercerita, kalau dia dipukul dan ditendang oleh kawannya yang bernama ini dan itu
Nah, setiap kali Emil bercerita tentang hal tersebut, saya selalu bertanya apa yang dia rasakan dan keadaan dia sekarang. Semua berlangsung dengan obrolan santai aja, karena Emil pun bercerita dengan antusias.
“ Ya kamu mungkin jail yaa .. ya sudah sini benjolnya di kasih minyak tawon” kala itu sempat benjol jidatnya akibat kepala Emil dipukul balok mainan.
Ya udah lah ga saya ambil pusing namanya anak kecil, jahilnya pasti rebutan mainan dan hal hal seputar anak TK. Namun semakin ke sini, kok setiap kali Emil pulang seringnya selalu ada sisipan peristiwa dia diejek atau ditendang sama kawannya.
Saya jadi agak khawatir.
Bullying anak sekolah TK ?
Karena Emil adalah cucu satu satunya dan saya adalah anak pertama dalam keluarga yang tinggal jauh dari orang tua, maka komunikasi antar keluarga kami ( saya, adik dan orangtua) terhubung melalui grupWA.
Salah satu adik saya menganjurkan melaporkannya pada guru Emil di sekolah, namun menurut saya masih belum perlu. karena kondisi Emil masih baik-baik saja. Emil tidak trauma ketakutan, sekolahpun masih semangat bersepeda sendiri dan tidak ada luka di tubuhnya yang mengkhawatirkan.
“Ga papa emil dikuatkan aja mentalnya..biarin aja dulu selama dia pulang dan berangkat masih hepi” kata saya di grup WA keluarga
Saya lalu berdiskusi akan hal tersebut ke suami dan kami sepakat untuk membiarkan saja selama Emil masih berani kesekolah dan semangat. Urusan anak anak biar anak-anak yang menyelesaikan selama tidak ada kekerasan fisik yang parah.
Catat ya, urusan anak anak biar anak anak yang menyelesaikan.
“ Kalau Emil yang dibully itu ga papa, pindah sekolah selesai. Tapi kalau Emil jadi pembully dia pindah sekolah kemanapun gak akan bisa , jadi ya kuatin aja mentalnya dan lawan”
Ya udah saya biarkan saja, walau saya agak khawatir dan kasihan juga setiap kali dia berangkat sekolah melihat punggungnya dari belakang, mengayuh sepedanya sendirian.
“Ingat ya.Emil jangan suka mukul anak anak yang badannya kecil, jauhi anak anak yang jahat itu” pesan saya.
Disini saya berusaha tidak mengucapkan kata nakal dan bully di depan Emil.
Mengantar Emil ke Sekolah TK
Dalam seminggu saya hanya dua kali membarengi Emil kesekolah karena di hari hari tersebut saya berangkat ke tempat kursus menjahit di Modes. Semua berjalan normal dan biasa saja. Emil berangkat dengan mengayuh sepedanya, memarkir sepedanya di depan pagar dan masuk ke halaman sekolah.
“Assalamualaikoom” terdengan suara kecil salam sapaan ketika ia masuk kedalam pagar sekolahnya
Rutinitas seperti itu yang selalu saya lihat dari kejauhan kalau membarengi dia dari belakang.
Bullying Verbal di Sekolah TK
Bullying verbal adalah tindakan penghinaan dan pelecehan secara verbal yang dilakukan kepada orang lain
Sampai suatu ketika, saya ingin ambil jalur/ jalan menuju ke Sekolah Emil dengan rute yang berbeda. Emil lewat jalan depan saya lewat jalan belakang.
Seperti biasa saya selalu mendokumentasikan setiap Emil berangkat ke sekolah, beberapa photo untuk saya bagi di grup WA keluarga.
Saya pun siap dengan kamera Handphone. Eh tapi ini anak anak yang berkumpul kok begini ya.
“Emil datang Emil datang…!” kata beberapa anak TK yang sedang bermain ayunan. Anak anak ini mungkin tidak tahu ada saya di pagar samping bangunan sekolah
Beberapa dari mereka pun turun dan mulai mengolok olok Emil.
Untuk mempersingkat tulisan ini,sebagian cerita dan videonya bisa intip di IG story saya dengan highlight stop bully
Sikap Saya Dan Pihak Sekolah
Pulang dari kursus, ceritalah saya ke Pak suami apa yang saya lihat dan rekam
“ Ya udah share aja ke grup TK B video itu” saran pak suami begitu
Untuk share video tersebut pun saya masih perlu waktu loh..mikirr bener gak sih tindakan saya ini. apa saya simpan sendiri saja.
“laporin aja ke gurunya mbak ayuk” kata adik adik saya pun begitu “ kasihan Emil”
Ya udah lah ya saya share video tersebut, dengan disertai kalimat seperti ini
“ Mohon maaf..tadi pagi saya lihat anak saya ( tas merah) baru datang ke sekolah sudah ‘disambut’ oleh kawan kawannya ( dengan kalimat ejekan) . mohon bunda guru untuk memperhatikan anak anak tersebut – termasuk anak saya juga “
Catat lagi ya – “..termasuk anak saya juga..” di sini saya berusaha untuk tidak menuduh dan meyalahkan anak-anak tersebut
Setelah saya share video dan cerita tersebut di grup dan stori IG serta WA. Mulailah beberapa wali murid menghubungi saya.
Satu diantaranya meminta maaf ( tapi bukan dari ibu pelaku utama ). pengakuan dari salah satu walimurid itu bahwa anaknya tidak tahu dan hanya ikut ikutan.
Beberapa lainnya membenarkan bahwa ada salah satu nama murid TK yang kerap kali suka mengejek serta mengganggu secara fisik kawan bermainnya , termasuk Emil. Namun sayangnya pihak sekolah tidak mampu mengatasinya, sehingga anak tersebut terus menjalankan aktivitasnya.
Dari cerita cerita tersebut, membuat saya berfikir, gak bisa dibiarin terus terusan seperti ini
Oiya satu catatan. Karena tidak mau langsung menuduh, hanya berdasar cerita dari anak saja, sebelum lapor secara langsung di grup, saya juga sempat mengkonfirmasi langsung anak tersebut, soal peristiwa lain yang dialami Emil. Bisa jadi gara gara anak saya jahil maka anak itu pun marah,
Berdasar kalimat pembelaannya, sebut saja DA serta AP . Emil yang mengganggu duluan, oh baiklah berarti benar anak saya yang jahil duluan, membuat mereka tidak senang lalu mengganggu Emil.
Emil yang mendengar pembelaan DA serta AP hanya diam saja.
Saya marah ? saya mengancam anak tersebut? tidak sama sekali. Saya menyuruh Emil untuk minta maaf dan berpesan ke anak anak itu untuk bermain bersama lagi.
Eh tapi kok dari kalimatnya DA ini terucap kata “ aku gak mem-bully “ padahal saya tidak terucap sedikitpun kata ‘bully’ . Apakah mereka paham kata itu? Mereka dengar dari mana? atau ada orang dewasa sebelumnya yang berkata demikian?
Rehat sejenak..cerita ini masih panjang HAHAH..lanjut Part 2.
Bisa by DM untuk nama sekolahnya